PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu dari sedikit negara yang telah berhasil menjagakondusifitas perekonomian makronya, bahkan pada saat ketidakpastian globalseperti sekarang ini. Di tengah permintaan global yang terus menurun akibattidak kunjung usainya krisis utang Eropa (EUZone Sovereign Debt Crisis) serta masih belum pulihnya perekonomian AmerikaSerikat (AS) semenjak Sub-prime Mortgagecrisis, Indonesia secara mengesankan berhasil membawa perekonomiandomestiknya tetap tumbuh di level 6.54 persen di kuartal ketiga tahun 2011 (year-on-year) serta diimbangi dengan tingkat inflasi yang terjagadi poin 4.15 persen (year-on-yearkuartal III)[1].Hal tersebut merupakan pencapaian yang baik mengingat tidak semua negara berhasil menjaga ketahananperekonomian makronya di tengah gejolak global seperti ini. Bahkan di saatkrisis finansialglobal di tahun 2008, Indonesia adalah salah satu dari tiga negara (selain China dan India) yang tetapmencatatkan pertumbuhan ekonomi yang positif di saat semua negara disulitkan oleh pelemahan sektor riilyang cukup dalam.
Walaupun negarayang mengandalkan sekitar 65 persen perekonomiannya dari sisi konsumsi ini[2] berhasil selamat danmempertahankan kondisi makro perekonomiannya tetap stabil di tengah gejolakglobal, Indonesia ternyata tidak bisa menjaga momentum[3] pertumbuhan ekonominyadengan cukup baik. Hal tersebut terlihat dari turunnya rankingIndonesia dalam dua index pemeringkat utama di dunia yang menggambarkan tentangkemudahan menjalankan bisnis (DoingBusiness Index) dan tingkat daya saing di suatu negara (Global Competitiveness Index). PeringkatIndonesia dalam Doing Business index 2011-2012turun 3 poin menjadi peringkat ke-129 (dari 183 negara), sedangkan di dalam Global Competitiveness Index (GCI)peringkat Indonesia turun 2 poin menjadi peringkat ke 46 (dari 142 negara). Didalam peringkat Doing Business, isuyang menyumbang rendahnya rankingIndonesia adalah permasalahan susahnya mendapatkan akses listrik, pengawasankontrak, lamanya prosedur memulai bisnis, dan susahnya akses terhadap kredit.Meski demikian, di dalam GCI Indonesia memiliki peringkat yang cukup baik.Pencapaian tersebut banyak disumbang oleh keberhasilan pemerintahan Indonesiadalam menjaga Macroeconomic Environment[4]tetap kondusif melalui usaha-usaha menekan tingkat utang relatif terhadap GDP,menjaga tingkat inflasi, serta terus berusaha membuat kebijakan-kebijakan yangpro terhadap perbaikan makroekonomi[5]. Di lain pihak,indikator-indikator seperti infrastruktur, kualitas institusi, kesehatan danpendidikan, efisiensi tenaga kerja, ketersediaan teknologi, serta perkembanganpasar finansialmemiliki nilai yang tidak terlalu baik sehingga menyumbang pelemahan ranking bagi overall score GCI di Indonesia (World Bank 2012 dan Schwab 2011)[6].
Berdasarkan keadaan tersebut, paling tidak terdapat duapermasalahan utama yang dapat menghambat produktifitas sektor riil diIndonesia, yaitu : buruknya infrastrukturdan sulitnya akses terhadap pasarkeuangan. Kedua masalah tersebut dipandang sebagai dua dari beberapamasalah utama yang paling menyulitkan dalam menjalankan bisnis (Schwab 2011).Infrastruktur dan akses permodalan, tidak dipungkiri lagi, merupakan “matarantai” yang paling esensial di dalam pembangunan ekonomi. Infrastruktur yangburuk, baik dari sisi kualitas maupun ketersediaannya, dapat menghambatkelancaran arus barang dan jasa di dalam perekonomian. Terbatasnya aksesterhadap permodalan[7]juga tidak baik bagi pembangunan, karena dapat menghambat pertumbuhan danekspansi sektor riil dalam jangka panjang. Jika tidak ditangani secara serius,momentum pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut tidak akan membawa dampakyang maksimal dan inklusif bagi perekonomian secara keseluruhan.
Hal-hal tersebut diatas mengindikasikan bahwa penangananyang serius dalam memperbaiki masalah-masalah seperti keterbatasan terhadapakses pasar finansial serta buruknyakualitas dan suplaiinfrastruktur akan membawa perubahan yang masif terhadap perekonomian secarakeseluruhan. Dengan kata lain, injeksi dana yang ditujukan untuk memperbaikidan menambah infrastruktur serta meningkatkan akses masyarakat terhadap pasarkeuangan akan membawa dampak ekonomi yang luas bagi Indonesia. Mengingatketerbatasan sumberdaya di dalam perekonomian, maka diperlukan suatu analisisyang komprehensif tentang alokasi seperti apakah yang membawa dampak terbesardan terbaik bagi perekonomian atau paling tidak bagi subjek yang ditetapkan dalamtujuan perencanaan pembangunan[8]. Hal tersebut mendasaripenulis untuk menganalisa dampak perekonomian secara luas seperti apakah yangakan terjadi apabila injeksi dana dilakukan dalam rangka membenahiinfrastruktur dan meningkatkan akses masyarakat terhadap pasar finansial.Analisa ini kemudian akan diperkuat oleh analisis jalur struktural (StructuralPath Analysis) yang mampu mengungkapkan jalur-jalur utama sebuah shock kebijakan di dalam perekonomian.Dengan analisa-analisa tersebut diharapkan pembuat kebijakan dapat memilihsecara lebih presisi terkait kebijakan apa yang akan diprioritaskan ataualokasi kebijakan seperti apakah yang akan dilakukan untuk meningkatkanperforma perekonomian nasional ke arah yang lebih baik dan produktif.
TINJAUANPUSTAKA
Literature Review
Padabagian ini akan disampaikan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukanterkait dengan dampak perubahan faktor infrastruktur (harga listrik, energi)terhadap masyarakat dan perekonomian secara umum. Sepertihasil analisa Tribuana (2007) dalam “Rasionalisasi Tarif Listrik”,menemukan bahwa dampak kenaikan TDL terhadap kemakmuran relatif kecil. KenaikanTDL sebesar 30 persenmenyebabkan penurunan surplus konsumen sebesar 0,3% dari belanja bulanan rumahtangga. Kalangan rumah tangga yang paling miskin tidaklah mempunyai kemampuanuntuk menikmati listrik; suatu rumah tangga haruslah cukup makmur untuk dapatmembayar biaya penyambungan sebesar Rp 200.000 pada tahap awal.
Selain itu juga Makmun dan Abdurahman (2003) turut menulis “Dampak Kenaikan Tarif DasarListrik Terhadap Konsumsi Listrik dan Pendapatan Masyarakat” dimana merekamenemukan bahwa tingkat pendapatan berkorelasi positif dengan konsumsi listrik baik dari sisi nilaipengeluaran maupun tingkat konsumsi listrik per Kwh-nya. Hal ini ditunjukkandengan tingkat elastisitas pendapatan ter-hadap penggunaan listrik untukkonsumsi listrik di dengan daya 450 VA pada rumah tangga yang mencapai 0,53maupun elastisitas pendapatan terhadap pengeluaran listrik untuk konsumsilistrik mencapai 0,55.
Kedua, kenaikan TDL ternyatamembawa dampak yang negatif terhadap pendapatan riil masyarakat. Setiap upayaliberalisasi harga listrik untuk masyarakat golongan bawah sebanyak 10 persen,menyebabkan income riil rumah tanggaburuh tani turun sekitar 1,47 persen dan rumah tangga non pertanian golonganbawah turun 3,47 persen.
Ketiga,secarasektoral, dampak kenaikanharga listrik menyebabkan permintaan terhadap sektor industri makanan akanberkurang sebesar 3,15 persen, sektor pertanian tanaman pangan (1,44 persen),dan sektor perdagangan (1,07 persen). Dampak terhadap sektoral tersebut akanmengurangi nilai balas jasa faktor produksi menyebabkan penerimaan para pemilikmodal bisa berkurang sampai 3,52 persen. Dan kelompok tenaga kerja tata usaha jasayang paling besar penurunan balas jasanya, yaitu sebesar 1,46 persen.
Keempat,padaakhirnya, kenaikan tarif listrik akan mengurangi pendapatan institusi. Kelompokmasyarakat yang paling banyak mengalami penurunan income riil adalah rumah tangga bukan pertanian golongan bawah,yang turun income riilnya sampai 5,26 persen. Sedangkan pengurangan balas jasayang diterima perusahaan sekitar 1,46 persen.
Dalam penelitian yang lain terkait DampakKebijakan Energi terhadap Perekonomian di Indonesia oleh Sugiyono (2009) ditemukan bahwa energi memiliki peranan pentingdalam perekonomian Indonesia. Peningkatan pertumbuhan akan turut meningkatkanpermintaan akan energi. Sehingga untuk menjawab hal tersebut, pembangunankebutuhan energi baik yang berasal dari fosil maupun energi terbarukan menjadisebuah hal yang sangat di butuhkan Indonesia. Dalam penelitian ini,memperlihatkan besarnya peranan sektor energi bagi peningkatan pertumbuhanekonomi Indonesia. untuk itu kebijakan pemerintah yang tepat terhadap penggunaanenergi menjadi sebuah hal yang dibutuhkan. Dibeberapa negara banyak ditemukankebijakan energi yang kurang berhasil. Hal ini dikarenakan kurang efisiennyapenggunaan energi dalam perekonomian sebuah negara, sehingga energi yangdigunakan tidak banyak memberikan nilai tambah terhadap pembangunanperekonomiannya secara nyata.
Permasalahan yang dikemukakan dalam penelitianyang dilakukan oleh Agus Sugiyono, mengemukakan kebijakan energi yangdikeluarkan pemerintah melalui KEN (Kebijakan Energi Nasional) yaitudiversifikasi energi nasional. KEN bermaksud untuk mengurangi penggunaan energiyang berasal dari minyak bumi, dan mengalihkannya dengan memperbanyakpenggunaan energi yang berasal daribatubara, gas bumi dan energi terbaharukan. Ketiga sumber energi ini (batubara, gas danenergi terbarukan) merupakan subtitusi dari minyak bumi. Dalam analisa ini,Agus Sugiyono menganalisa dampak kebijakan energi pemerintah yang dituangkandalam KEN dengan melihat mekanisme subtitusi antar energi tersebut. Pemerintah melakukan mekanismesubtitusi tersebut dilakukan melalui kebijakan harga energi dan pemberianinsentif untuk pengembangan sumber energi yang masih kurang ekonomis.
Penelitian ini menggunakan model CGE untukmenganalisis interaksi kebijakan energi dengan perekonomian. Namun sangatdisayangkan penelitian ini belum memberikan hasil dan masih dalam tarafpengembangan model CGE untuk energi. Namun dalam laporan penelitian ini, AgusSugiyono menampilkan hasil perhitungan I-O dari sektor energi yang memberikankesimpulan awal yaitu bahwa sektor energi fosil hanya memberikan kontribusiyang kecil terhadap pertumbuhan sektor lainnya. Besaran dari efek pengalioutput dari sektor minyak bumi dan gas bumi lebih kecil dari sektor batubara.Sektor energi fosil ini kontribusinya kecil karena sebagian besar dari hasilsektor ini untuk kepentingan ekspor sehingga tidak banyak mempengaruhipertumbuhan dari sektor lainnya. Berbeda dengan sektor energi listrik dan gasyang mempunyai besaran efek pengali yang besar sehingga memegang perananpenting dalam perkembangan dari sektor-sektor lainnya.
Metode Analisis SAM
Metode Social Accounting Matrix (SAM) merupakan perluasan dari metode I-O modeldimana Model SAM memiliki sumber data yang terdiri dari tabel I-O, statistikpendapatan nasional, statistik pendapatan dan pengeluaran rumah tangga yangbisa didapatkan dari survei konsumsi yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik(BPS). SAM merupakan suatu kerangka data yang disusun dalam bentuk matriks yangmerangkum berbagai variabel ekonomi dan sosial secara kompak dan terintegrasisehingga dapat memberikan gambaran umum mengenai perekonomian suatu negara(wilayah) dan keterkaitan antar variabel-variabel ekonomi dan sosial pada suatukurun waktu tertentu. SAM juga merupakan suatu sistem akuntansi dimanavariabel-variabel ekonomi dan sosial disusun dalam bentuk neraca-neraca yangmempunyai sisi debet dan sisi kredit dan kedua sisi tersebut selalu berada dalam keadaan seimbang (balance).
PenggunaanSocial Accounting Matrix (SAM), sebagai jaringan sistem data general equilibrium meliputi aktivitasproduksi, faktor produksi, dan institusi (perusahaan dan rumah tangga) sertatransaksi-transaksi lain, telah meningkat selama beberapa tahun terakhir. Penyusunankerangka SAM dalam menjelaskan hubungan ekonomi dan sosial masyarakat dimulaidari kenyataan bahwa masyarakat mempunyai kebutuhan dasar (basic needs andwants) yang harus dipenuhi melalui pembelian sejumlah komoditas. Totalpermintaan efektif terhadap paket komoditas tersebut kemudian dipenuhi olehsektor-sektor produksi yang menghasilkan berbagai output atau produk. Untukdapat menghasilkan output tersebut, sektor produksi membutuhkanfaktor-faktor produksi, seperti tenaga kerja, modal dan sebagainya. Permintaanturunan (derived demand) terhadap faktor produksi tenaga kerjamemberikan balas jasa berupa upah dan gaji; sedangkan terhadap faktor produksimodal memberikan balas jasa berupa keuntungan, dividen, bunga, sewa rumah, dansebagainya (disebut juga sebagai pendapatan kapital). Distribusi pendapatanyang diterima masing-masing faktor produksi dan dirinci menurut sektor ekonomiyang menghasilkan disebut sebagai distribusi pendapatan faktorial. Jumlah upahdan gaji ditambah dengan pendapatan kapital akan menghasilkan nilai tambah (valueadded); dan total nilai tambah tersebut dikenal sebagai PDB atau PDRB(lihat bagan 1). Sehingga dalam kerangka model SAM kita dapat melihatketerkaitan antara tiga proses dalam perekonomian yaitu: (1) Struktur Produksi;(2) Distribusi nilai tambah yang dihasilkan oleh sektor produksi (distribusipendapatan faktorial); dan (3) Pendapatan konsumsi, tabungan, dan investasi(distribusi pendapatan dan pengeluaran rumah tangga).
Gambar 1. Aliran Penerimaan pada Social Accounting Matrix
Sumber: BahanKuliah Applied Economic Modeling,Pasca FEUI (2011)
Bentuk Kerangka SAM
MatriksSAM merupakan matriks 4x4 yang terdiri dari terdiri dari baris dan kolom dimanabaik baris dan kolom terdiri dari empat neraca utama yaitu 1) neraca faktorproduksi; 2) neraca institusi; 3)neraca sektor produksi;dan 4) neracarest of the world. Baris pada matriks SAM menggambarkanpendapatan dari ke-empat neraca. Sedangkan kolom menggambarkan pengeluaran. Neracafaktor produksi pada baris merupakan neraca yang berkaitan dengan alokasi nilaitambah sektor produksi kepada faktor produksi seperti balas jasa terhadaptenaga kerja dan modal. Pendapatan dari neraca faktor produksi ini jugameliputi pendapatan faktor-faktor produksi yang digunakan diluar negeri (misal:transfer payment). Sedangkan padasisi pengeluaran (kolom) menggambarkan aktivitas transaksi alokasi pendapatanfaktor produksi terhadap institusi, seperti upah buruh yang ditransfer kepadarumah tangga, pembayaran pajak pendapatan kepada pemerintah dan sebagainya. Kolomneraca aktivitas (pengeluaran aktivitas) meliputi pengeluaran untuk impor,biaya-biaya dari jasa perdagangan, dan pembayaran pajak tidak langsung.
Neracainstitusi dibagi kedalam tiga neraca yang terdiri dari neraca rumah tangga,neraca perusahaan dan neraca pemerintah. Neraca baris rumah tangga meliputipenerimaan atas kompensasi tenaga kerja, keuntungan atas modal, transfer antarrumah tangga, penerimaan transfer dari perusahaan, transfer dari pemerintah dantransfer dari luar negeri. Untuk neracakolom rumah tangga terdiri dari pengeluaran konsumsi, transfer antar rumahtangga, transfer kepada perusahaan, pembayaran pajak langsung, dan tabunganpada neraca modal.
Tabel 1. Skema SocialAccounting Matrix
Penerimaan Þ | |||||
Pengeluaran ß | Faktor Produksi | Institusi | Sektor produksi | Neraca lainnya (Neraca Eksogen) | Total |
Faktor Produksi | T11 0 | T12 0 | T13 Alokasi Nilai Tambah ke Faktor Produksi | X14 Pendapatan Faktor Produksi dari Luar Negeri | Y1 Distribusi Pendapatan Faktorial |
Institusi | T21 Alokasi Pendapatan Faktor Produksi ke Institusi | T22 Transfer Antar Institusi | T23 0 | X24 Transfer dari Luar Negeri | Y2 Distribusi Pendapatan Institusi |
Sektor Produksi | T31 0 | T32 Permintaan Akhir | T33 Permintaan Antara | X34 Ekspor dan Investasi | Y3 Total Output Produksi |
Neraca lainnya (Neraca Eksogen) | X41 Alokai Pendapatan Faktor Produksi ke Luar Negeri | X42 Tabungan | X43 Impor, Pajak Tidak Langsung Neto | X44 Transfer dan Neraca lainnya | Y4 Total Penerimaan Lainnya |
Total | Y’1 Distribusi Pengeluaran Faktorial | Y’2 Distribusi Pengeluaran Institusi | Y’3 Total input | Y’4 Total Pengeluaran Lainnya |
Sedangkanneraca baris perusahaan meliputi laba ditahan, transfer dari rumah tangga, dantransfer dari pemerintah. Di sisikolom, neraca perusahaan terdiri dari transfer kepada rumah tangga, pembayaranpajak, dan tabungan padaneraca kapital. Neraca pemerintah disisi baris menggambarkan penerimaanpemerintah dari pajak dan bukan pajak. Sedangkan pengeluaran (sisi kolom)merupakan pengeluaran pemerintah dalam bentuk subsidi, transfer kepada rumahtangga dan perusahaan, belanja barang dan jasa, serta tabungan pemerintah. Sedangkanneraca faktor produksi menggambarkan finaldemand di dalam negeri, permintaan antara dan ekspor dan investasi (lihattabel 1).
Denganmengacu pada tabel 1, maka dapat dirumuskan persamaan matriks pendapatan danpengeluaran neraca agregat sebagai berikut:
...............................................................................................................................(1)
Dimana Y merupakan total pendapatanneraca endogen (T) dan neraca eksogen (X)
........................................................................................................................(2)
.............................................................................................................(3)
.............................................................................................................(4)
..................................................................................................(5)
Dimana:
Yi = total pendapatan
Tij = pendapatan darineraca endogen
Xij = Pendapatan darineraca eksogen
Persamaan-persamaan ini menunjukkanbaris didalam neraca SAM, persamaan 2 menunjukkan total pendapatan dari faktorproduksi. Seterusnya diikuti oleh persamaan yang menunjukkan pendapataninstitusi, total pendapatan sektor produksi dan pendapatan lainnya.
Analisa Dampak SAM
Darikerangka SAM dapat dicari besaran pengeluaran rata-rata (average expenditurepropensity) yang nantinya dimanfaatkan untuk menyusun kerangka matriksanalisis accounting multiplier. Besaran ini dapat dicari dengan membagimasing-masing isian (entry) dari setiap neraca terhadap nilai totalkeseluruhan, yaitu:
...................................................................................................................(6)
dimana
Aij = kecenderungan pengeluaran rata-rata (averageexpenditure propensity) baris ke-I, kolomke-j
Tij = neraca baris ke-I; kolom ke-j
tj-1 = total kolom ke-j
Denganmenggunakan persamaan diatas, maka tabel 1 dapat dituliskan dalam bentuk matrikssebagai berikut:
t1 | 0 0 A1.3 | t1 | X1 | |||
t2 | = | A2.1 A2.2 0 | t2 | + | X2 | |
t3 | 0 A3.2 A3.3 | t3 | X3 | |||
t44 | 0 A4.2 A4.3 | X4 |
DenganXi merupakan vektor dari matriks T1.4 untuk masing-masing i = 1, 2,3, 4. Karena Ai.j merupakan suatu matriks dengan unsur-unsurnya yangkonstan, maka matriks T dengan unsur-unsurnya yang konstan, maka persamaan matrikstersebut dapat ditulis sebagai berikut:
T1 | 0 0 A1.3 | t1 | X1 | |||
T2 | = | A2.1 A2.2 0 | t2 | + | X2 | |
T3 | 0 A3.2 A3.3 | t3 | X3 |
dan t4 = A4.2t2 + A4.3 t3 + X4
Daripersamaan matriks diatas dapat dilihat bahwa nilai t4 dapat dicaribila t2 dan t3 diketahui. Neraca t4 merupakan neraca eksogen dalam kerangkaSAM. Persamaanmatriks diatas dapat ditulis dalam notasi matriks sebagai:
..............................................................................................................................(7)
Sehingga
.......................................................................................................................(8)
Atau
.................................................................................................................................(9)
dimana
Ma = (I-A)-1 =pengganda neraca (accounting multiplier)
Modeltersebut menjelaskan bahwa perubahan neraca eksogen (X) akan menyebabkanperubahan terhadap neraca endogen (t) sebesar (I-A)-1. Analisis accounting multiplier(atau disebut juga sebagai analisis pengganda neraca) ingin memperlihatkanketerkaitan sektor-sektor ekonomi suatu wilayah sebagai bagian dari analisisekonomi dan mampu memberikan informasi mengenai pemerataan pendapatan dankesempatan kerja kepada masyarakat sebagai bagian dari analisis sosial.
Sebelum model pengganda neracadiaplikasikan, perlu dilakukan penyesuaian terhadap kerangka SAM. Tindakanpenyesuaian tersebut adalah mengenai penetapan neraca-neraca eksogen dalamkerangka dan implikasinya terhadap bentuk kerangka SAM dalam usaha memperolehpengganda neraca. Yang dianggap sebagai neraca-neraca eksogen dalam modelpengganda neraca adalah:
a. Neracapemerintah
b. Neracakapital
c. Neracapajak tidak langsung neto, dan
d. Neracaluar negeri (luar wilayah).
Sehinggaperubahan dalam perekonomian dapat dipengaruhi oleh kebijakan penerimaan yangdiambil dari ke empat neraca tersebut, baik yang berupa pengeluaran pemerintah,investasi, penetapan pajak, subsidi dan kebijakan luar negeri.
PerhitunganSPA
Metode analisa selanjutnya yang digunakan adalahStructural Path Analysis (SPA),dimana analisa ini merupakan penggabungan pada teknik SAM. SPA digunakan untukmelihat besarnya pengaruh langsung maupun tidak langsung dari adanya perubahan(shock) dari sektor-sektor yangdisimulasikan untuk di injeksi. Dari formulasi perhitungan SAM, dapatdiidentifikasi adanya tiga pengaruh kepada neraca-neraca dalam SAM. Pengaruhtersebut adalah: 1) pengaruh langsung jika terjadi perubahan dalam neraca SAM;2) pengaruh total; dan 3) pengaruh total.
Pada bagan 2, dapat dijelaskan pengaruh langsungdiukur sepanjang busur yang menghubungkan dua kutub I dan J (disebut juga elementary path)Pengaruh ini mengukur perubahan pendapatan atau produksi di kutub J yangdiakibatkan oleh satu unit perubahan pada kutub I, dengan asumsi bahwa produksidan pendapatan kutub lainnya konstan. Sedangkan pengaruh total menangkap sejumlahbesar interaksi dari berbagai kutub. Sehingga pengaruh langsung Axi Ayx dalamGambar1 ditransmisikan kembali dari Y ke X, menciptakan efek (Axi Axy)(Axy +Azy Axz), dan kemudian ditransmisikan kembali ke Y. Akhirnya serangkaian impulsdigeneralisasi dan menghasilkan suatu multiplier.
.....................................................................................(10)
Gambar 2. Diagram StructuralPath Analysis
X |
Y |
I |
Z |
J |
Axy |
Ayx |
Axz |
Azy |
Axi |
Ajy |
Persamaan tersebut dikalikan dengan ajy karenabusur terakhir j tersambung dengany untuk melengkapi semua jalur yang ada (seperti ditunjukkan dalam Gambar.1).Akibatnya besar Pengaruh Total adalah sebagai berikut:
......................................................................(11)
Pengaruh selanjutnya adalah Pengaruh Global.Pengaruh ini mengukur efek total pada produksi dan pendapatan pada kutub jsebagai akibat adanya injeksi satu unit output atau pendapatan pada kutub i. Hal ini secara mendasarequivalen dengan multiplier SAM yangbaku. Pada SAM sederhana:
..........................................................................................................................(12)
Di mana y dan x secara berturut-turut adalahvektor variabel endogen dan eksogen. Sedangkan untuk memperoleh multiplier SAM adalah sebagai berikut:
.....................................................................................................................(13)
Dilihatdari pengaruhnya, Pengaruh Global mengakumulasikan semua pengaruh yangditimbulkan dan feedback yangmerupakan hasil dari keberadaan arus melingkar seperti yang ditunjukkan padabagan 2.
METODOLOGIPENELITIAN
Aktivitas ekonomi suatu wilayah secara garis besarterdiri atas kegiatan produksi dan kegiatan konsumsi. Kegiatan produksidilakukan oleh perusahaan di berbagai sektor dan kegiatan konsumsi dilakukanoleh rumah tangga. Dalam melaksanakan kegiatan produksi,perusahaan memerlukan berbagai input, baik input primer maupun input-antara.Input primer berasal dari institusi rumahtangga dan institusi lainnya,sedangkan input-antara berasal dari perusahaan-perusahaan lain. Transaksiinput-antara akan menggambarkan keterkaitan antar sektor-sektor ekonomi,sedangkan transaksi input primer akan menggambarkan pendapatan rumah tangga dan institusi lainnya.
Selanjutnya, pendapatan rumahtangga dan institusilainnya digunakan untuk membeli barang-barang konsumsi dan sisanya ditabung.Belanja barang-barang konsumsi akan mendorong perusahaan meningkatkan output,yang kemudian memerlukan tambahan input, sehingga perusahaan-perusahaan lainsebagai pemasok input akan terdorong untuk meningkatkan outputnya. Rantaitransaksi ini akan terus berlanjutnya dan apabila tidak mengalami kebocoranmaka ekonomi wilayah itu akan meningkat pesat, yang pada gilirannya akanmengatasi pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan
Aktivitas ekonomi sebagaimana diuraikan di atas dapatditangkap secara komprehensif oleh model SocialAccounting Matrix (SAM). Secara garis besar, model ini dibagi atas empatneraca, yaitu: (1) neraca faktor produksi, (2) neraca institusi, (3) neracasektor produksi, dan (4) Rest of The World. Tiga neraca yang disebutkanpertama merupakan neraca endogen dan yang disebutkan terakhir neraca eksogen.
Secara matematis, empat neraca tersebut disusun dalambentuk matriks, yang terdiri atas baris dan kolom. Neraca baris menunjukkanpenerimaan dan neraca kolom menggambarkan pengeluaran. Setiap sel menggambarkaninteraksi antara neraca baris i dan neraca kolom j. Makna darisetiap sel transaksi terdapat dalam Tabel 1. Dari Tabel 1 nampak bahwa SAMdapat menggambarkan keterkaitan antar sektor, distribusi pendapatan (faktorialdistribution dan income distribution), dan pengaruh dari konsumsi,investasi, serta ekspor-impor terhadap pendapatan regional dan kesempatankerja.
Tabel 2. Penjelasan Social Accounting Matrix
Sumber : Thorbecke 2001
Selanjutnya, Thorbecke (2001) mengembangkanneraca-neraca dalam SAM menjadi enam tipe neraca, yakni: (1) neraca aktivitasproduksi, (2) neraca komoditas, (3) neraca faktor produksi, (4) neracainstitusi, (5) neraca modal (kapital), dan (6) neraca Rest of The World.Neraca aktivitas produksi merupakan neraca yang berkaitan dengan transaksipembelian raw material, intermediate goods, dan sewa faktorproduksi untuk menghasilkan barang dan jasa (komoditas). Pada baris neracaaktivitas meliputi hasil penjualan komoditas pada pasar domestik dan pasar luarnegeri, serta penerimaan subsidi ekspor dari pemerintah. Kolom neraca aktivitas(pengeluaran aktivitas) meliputi pengeluaran untuk impor, biaya-biaya dari jasaperdagangan, dan pembayaran pajak tidak langsung.
Neraca institusi oleh Thorbecke (2001) dipecah lagimenjadi tiga neraca, yaitu: (1) rumah tangga, (2)perusahaan, dan (3) pemerintah. Baris neraca rumah tangga meliputi penerimaan atas kompensasi tenaga kerja, keuntungan atas modal, transfer antara rumah tangga, penerimaan transfer dari perusahaan (berupaasuransi), transfer dari pemerintah, dan transfer luar negeri. Sedangkan kolomneraca rumah tangga meliputi pengeluaran konsumsi, transfer antarrumah tangga, transfer kepada perusahaan, pembayaran pajaklangsung, dan tabungan pada neraca modal. Selanjutnya, baris neraca perusahaan(penerimaan perusahaan) meliputi laba yang ditahan, transfer dari rumah tangga, dan transfer pemerintah. Sedangkan kolom neraca perusahaan (pengeluaranperusahaan) meliputi transfer kepada rumah tangga, pembayaranpajak, dan tabungan perusahaan pada neraca kapital. Baris neraca pemerintah meliputi semua penerimaan pajak,yakni pajak nilai tambah, pajak tidak langsung, pajak pendapatan, pajaklangsung, dan pajak keuntungan dari perusahaan. Sedangkan kolom neracapemerintah meliputi pengeluaran subsidi ekspor, belanja barang dan jasa,transfer kepada rumah tangga dan perusahaan, serta tabungan pemerintah. Sisipenerimaan dari neraca kapital meliputi tabungan rumah tangga, tabungan perusahaan, dan tabungan pemerintah,sedangkan sisi pengeluarannya meliputi pembagian keuntungan kepada rumah tangga dan pembayaran pajak kepada pemerintah.
Sebenarnya model SAM merupakan perluasan dari modelInput-Output. Namun demikian model ini memiliki sejumlah keterbatasan yangmelekat pada asumsi-asumsinya. Adapun asumsi-asumsi yang digunakan adalah: (a)seluruh produk yang dihasilkan oleh setiap sektor habis dikonsumsi pada periodetertentu, (b) hubungan input-output dalam kegiatan produksi bersifat linieratau constant return to scale, (c) tidak ada substitusi antara faktorproduksi yang digunakan, (d) suatu kelompok produk tidak dihasilkan bersama-samaoleh dua perusahaan atau lebih, (e) harga konstan, (f) tidak ada eksternalitasnegatif, dan (g) perekonomian dalam keadaan keseimbangan.
Sekalipun SAM memiliki sejumlah keterbatasan, namunmodel ini telah digunakan secara luas, yang antara lain oleh Nokkala (2002)dalam penelitiannya yang berkaitan dengan kebijakan investasi sektor pertaniandi Zambia, Iqbal dan Siddiqui (2000) untuk menganalisis dampak penyesuaianstruktural terhadap ketidakmerataan pendapatan (income inequity) diPakistan; Wagner (1999) untuk menganalisis dampak ecotourism terhadapperekonomian region APA de Guarquechaba, Brazil; dan Bautista (2000) untukmenganalisis dampak pembangunan sektor pertanian terhadap perekonomian regionVietnam.
Argumentasi umum yang dikemukakan dalam menggunakanmodel SAM adalah bahwa model ini dapat memotret keterkaitan aktivitasperekonomian pada suatu region atau interregional dengan disagregasi yang luassehingga dapat diperoleh objek yang beragam. Wagner (1999) mengemukakan tigaalasan mengapa ia memakai model SAM, yaitu: (1) model SAM dapat menjelaskanketerkaitan antara aktivitas produksi, distribusi pendapatan, konsumsi barangdan jasa, tabungan dan investasi, serta perdagangan luar negeri, (2) SAM dapatmemberikan suatu kerangka kerja yang bisa menyatukan dan menyajikan seluruhdata perekonomian regional, dan (3) dengan SAM dapat dihitung multiplier perekonomianregional yang berguna untuk mengukur dampak dari ecotourism terhadapproduksi, distribusi pendapatan dan permintaan, yang menggambarkan strukturperekonomian.
Analisis Dampak Pengganda (Multiplier Analysis)
Matriks Pengganda Neraca SAM menangkap dampak keseluruhandari perubahan sektor tertentu terhadap sektor-sektor lain dalam ekonomi.Selain itu, matriks ini menjelaskan dampak perubahan neraca eksogen terhadapneraca endogen. Matriks pengganda neraca yang merupakan invers standar dari matriks (I-A) yangdapat diturunkan dari kerangka dasar SAM (Hartono, 2011).
y = A y + x Û y = (I – A)-1x Û y = Ma x
dimana
Sehingga
Dalam konteks ini, A mengandung koefisien-koefisienyang menunjukkan dampak langsung dari perubahan satu sektor ke sektor lainmelalui pendekatan keterkaitan ke belakang.
Ma = (I– A)-1 dikenal dengan matriks pengganda neraca yangmenunjukkan dampak global dari perubahan sektor ekonomi tertentu terhadapsektor lain dengan pendekatan keterkaitan ke belakang pula.
Dengan memanfaatkan analisis multiplier pada tabel SAM, penelitian ini akan mencoba melakukanbeberapa skenario simulasi penginjeksian dana ke dalam sistem untuk melihatdampaknya pada beberapa sektor, institusi, dan faktor produksi di dalamperekonomian.
Skenario Simulasi Dampak Injeksi :
1) Perekonomian akan diinjeksidana sebesar 90 triliun ke dalam 3 sektor yaitu : sektor 50 (Bank dan asuransi),sektor 42 (listrik, gas, dan air minum), serta sektor 43 (konstruksi). Injeksiterhadap sektor 50 merepresentasikan usaha untuk memperbaiki akses terhadappasar finansial[9],sedangkan injeksi terhadap sektor 42 dan 43 menggambarkan usaha untuk memperbaikikualitas maupun suplai infrastruktur. Injeksiterhadap sektor 42 (listrik, gas, dan air minum) mewakili usaha-usaha yangdilakukan untuk meningkatkan kemudahan dan ketersediaan dari suppy listrik diIndonesia, sedangkan injeksi pada sektor 43 mewakili usaha-usaha untukmeningkatkan kualitas jalan raya dan sarana-sarana yang dapat memperlancar arusbarang dan jasa di dalam perekonomian.
2) Simulasi akan dilakukan melaluidua tipe, yaitu : (i) Simulasi grup Amengasumsikan bahwa injeksi dana datang dari luar perekonomian (exogenous shock), dan (ii) simulasi grup B mengasumsikan danainjeksi berasal dari pemerintah (dari dalam perekonomian)[10].
3) Pada setiap grup akan dilakukansimulasi sebanyak tujuh kali dengan asumsi bahwa terdapat 3 jenis rezimpengambilan kebijakan, yaitu : extremist(terlalu condong ekstrim hanya pada salah satu sektor), populist (fair regime),dan biased policy (condong, tetapitidak ekstrim, ke salah satu masalah antara infrastruktur atau akses terhadappasar finansial). Hal tersebut berimplikasibahwa pengambil kebijakan yang menganut pola extremist akan mengalokasikan seluruh dananya untuk menginjeksihanya pada salah satu sektor prioritas (antara 50, 42, atau 43), sedangkan fair regime akan mengalokasikan dananyamerata ketiga sektor. Di lain sisi, Biased policyakan mengalokasikan dananya condong kepada salah satu prioritas (antara aksespasar financial atau infrastruktur) tetapi juga tidak melupakan sektor lainnya[11].Keterangan lebih lengkapnya adalah sebagai berikut :
· SimulasiGrup A
a) Simulasi A1(financial extremist) : dana diinjeksi sebesar 90 triliun di sektor bank danasuransi (50)
b) Simulasi A2 (electricityextrimist) : dana diinjeksi sebesar 90 triliun di sektor lostrik, gas , danair minum
c) Simulasi A3 (constructionextrimist) : dana diinjeksi sebesar 90 triliun di sektor konstruksi
d) Simulasi A4 (fair) : dana sebesar 90 triliun di bagi merata kepada tigasektor tersebut (50, 42, dan 43)
e) Simulasi A5 (financial bias): dari dana sebesar 90 triliun itu dialokasikan menjadi 70 triliun untuk sektor50 dan masing-masing 10 triliun untuk sektor 42 dan 43
f) Simulasi A6 (financial bias): dari dana sebesar 90 triliun itu dialokasikan menjadi 50 triliun untuk sektor50 dan masing-masing 20 triliun untuk sektor 42 dan 43
g) Simulasi A7 (infrastructure bias): dana 90 triliun tersebut dialokasikan menjadi 10 triliun untuk sektor 50 danmasing-masing 40 triliun untuk sektor 42 dan 43
· Simulasi Grup B
a) SimulasiA1 (financialextremist) : dana diinjeksi sebesar 90 triliun disektor bank dan asuransi (50)
b) Simulasi A2 (electricityextrimist) : dana diinjeksi sebesar 90 triliun di sektor listrik, gas , dan air minum
c) Simulasi A3 (construction extrimist) : dana diinjeksisebesar 90 triliun di sektor konstruksi
d) Simulasi A4 (fair) : dana sebesar 90 triliun di bagi merata kepada tigasektor tersebut (50, 42, dan 43)
e) Simulasi A5 (financial bias) : dari dana sebesar 90triliun itu dialokasikan menjadi 70 triliun untuk sektor 50 dan masing-masing10 triliun untuk sektor 42 dan 43
f) Simulasi A6 (financial bias) : dari dana sebesar 90triliun itu dialokasikan menjadi 50 triliun untuk sektor 50 dan masing-masing20 triliun untuk sektor 42 dan 43
g) Simulasi A7 (infrastructure bias) : dana 90 triliuntersebut dialokasikan menjadi 10 triliun untuk sektor 50 dan masing-masing 40triliun untuk sektor 42 dan 43
StructuralPath Analysis
StructuralPath Analysis (SPA) adalah sebuah metode untukmengidentifikasi sistem jaringan yang memuat seluruh jalur yang menghubungkansatu sektor dengan sektor yang lain dalam neraca SAM. Sebuah jalur didefinisikansebagai jalur dasar jika jalur tersebut tidak melewati sebuah sektor lebih darisatu kali. Di sisi lain, dimungkinkan dampak dari sebuah sektor setelahmempengaruhi sektor lain akan kembali lagi ke sektor yang bersangkutan.Kemungkinan ini disebut dengan sirkuit.
Dalamrangka membuka “kotak hitam” dari sistem perekonomian dan mengetahui secaralebih jelas mengenai hubungan dan keterkaitan antara sektor, institusi, sertafaktor produksi di dalam perekonomian, penulis akan menggunakan Structural Path Analysis. Alat analisisini berfungsi untuk melihat bagaimanakah jalur antara sumber gangguan (origin of shock) sampai kepada destinasitertentu (poles of destination).Hasil multiplier dari SPA ininantinya dapat memberikan gambaran tentang jalur mana yang paling besardampaknya atau kritis dalam mempengaruhi suatu destinasi tertentu. Penelitianini menentukan destinasinya berdasarkan 3 faktor produksi, institusi, dansektor yang paling terkena dampak besar dari penginjeksian dana sebesar 90triliun tersebut, sedangkan poles oforigin-nya yaitu sektor 50, 42, dan 43 (sumber shock di dalam penelitian ini).
HASIL DAN DISKUSI
Analisis Multiplier
Sesuai dengan yang sebelumnya telah dijabarkan pada bagianmetodologi penelitian, penulis akan menganalisis dampak dari penginjeksian danasebesar Rp 90 triliunterhadap beberapa blok di dalam tabel SAM, hasil yang akan didiskusikan akandikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu : (i) dampak terhadap perekonomian secarakeseluruhan, (ii) dampak terhadap blok faktor produksi, (iii) dampak terhadapblok institusi, dan (iv) dampak terhadap blok sektor (activities).
Dari tujuh kali simulasi baik pada grup simulasi A (exogenous shock) maupun grup simulasi B(injeksi dana yang berasal dari dalam sistem perekonomian / endogenous shock), di dapatkan hasilbahwa empat tipe simulasi yangmenghasilkan dampak terbesar bagi keseluruhan total pendapatan faktorproduksi, institusi dan output sektoral adalah tipe simulasi 1, 5, 6, dan 3(disusun dari yang memberikan dampak paling besar sampai terkecil). Hal iniberarti bahwa, terlepas dari sumber injeksi dananya (baik exogenous maupun endogenousshock), tipe kebijakan yang menghasilkan dampak paling besar bagikeseluruhan perekonomian adalah tipe kebijakan yang ekstrim (tipe simulasi 1)dan / atau bias terhadap sektor finansial (tipe simulasi 5 dan 6). Di lainpihak, tipe pengambilan kebijakan yang ekstrim hanya pada sektor konstruksisaja (tipe simulasi 3) akan menghasilkan dampak terbesar keempat di dalam perekonomian,sedangkan tipe pengambilan kebijakan yang ekstrim kepada sektor listrik, gas,dan air minum (simulasi 2), hanya akan menghasilkan dampak yang paling kecildari keseluruhan tipe simulasi (dari mulai simulasi 1 sampai 7, baik pada grupsimulasi A dan B). Hasil lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.
Terdapat banyak penjelasan terkait superioritas sektorfinansial (bank dan asuransi) di dalam perekonomian, argumen yang relevan dalamstudi kasus Indonesia paling tidak dapat dirangkum ke dalam beberapa poin dibawah ini :
a) Menurut Schwab (2011), Indonesia adalah salah satu daribeberapa negara yang berada pada tahap kedua pembangunan, yaitu Efficiency Driven. Pada tahap iniproduktivitas dan tingkat upah akan meningkat seiring dengan majunya pembangunan.Terlebih lagi, peningkatan efisiensi proses produksi , kualitas produk, dantingkat gaji (dengan tingkat harga yang kaku) membuat Indonesia harus mencarisumber-sumber pendongkrak efisiensi yang baru sehingga secara perlahan mulaimeninggalkan strategi yang terlalu bergantung kepada keberlimpahan sumberdayadan beralih pada strategi yang lebih mengedepankan efisiensi pasar tenagakerja, pasar barang, pasar modal ataukeuangan, ketersediaan teknologi, dan struktur pasar domestik. Mengingatinjeksi dana untuk memperbaiki efisiensi pasar keuangan dapat meningkatkanproduktifitas dan performa perekonomian Indonesia dengan sangat masif, olehkarena itu usaha-usaha penginjeksian dan yang ditujukan untuk sektor finansialakan lebih besar efeknya daripada usaha-usaha yang dilakukan untuk memperbaikikualitas infrastruktur[12].
b) Adanya suatu fenomena bernama financial accelerator di dalam sektor finansial juga turutmemperkuat superioritas sektor finansial di Indonesia. Shock di dalam sektor riil akan diperbesar efeknya oleh keterkaitantimbal balik antara sektor riil dan sektor finansial melalui jalur utama yaitu credit cycle. Perubahan yang sangatbesar akibat diinjeksikannya dana ke dalam sektor 50 (bank dan asuransi)adalah, dalam beberapa hal, sumbangan dari fenomena yang disebut financial accelerator. Usaha-usaha dalammemperbaiki akses terhadap pasar finansial pada gilirannya akan menurunkanbiaya pendanaan, meningkatkan akumulasi kapital, memicu kemajuan teknologi, danmenstimulasi ekspansi sektor riil di dalam perekonomian (Zhang dan Zhang 2009).Terlihat disini bahwa ada tambahan feedbackeffect (financial accelerator)yang akan dirasakan perekonomian jika pilihan kebijakannya adalah memperbaikiakses terhadap pasar finansial, sehingga dampaknya terhadap keseluruhanperekonomian pun akan lebih besar dari pada usaha-usaha lainnya.
Tabel 3. Nilai Akhir dariPendapatan Faktor Produksi, Institusi, dan Output Sektoral akibat Injeksi dana sebesar Rp 90Triliun (satuan dalam miliar rupiah)
Dampak total berdasarkan blok | Simulasi A (exogenous injection) | Simulasi B (endogenous injection) | ||||||||||||||
A1 | A2 | A3 | A4 | A5 | A6 | A7 | B1 | B2 | B3 | B4 | B5 | B6 | B7 | |||
faktor | TK | Agri | 12215.6 | 11119.0 | 12831.4 | 12055.3 | 12162.1 | 12108.7 | 12001.9 | 1509.9 | 413.3 | 2125.7 | 1349.7 | 1456.5 | 1403.1 | 1296.2 |
Non-agri | 58002.3 | 48001.9 | 62741.3 | 56248.5 | 57417.7 | 56833.1 | 55663.9 | 22183.6 | 12183.2 | 26922.6 | 20429.8 | 21599.0 | 21014.4 | 19845.2 | ||
All | 70217.9 | 59120.9 | 75572.6 | 68303.8 | 69579.9 | 68941.8 | 67665.8 | 23693.6 | 12596.6 | 29048.3 | 21779.5 | 23055.5 | 22417.5 | 21141.4 | ||
Non-TK | 86353.6 | 79465.0 | 63282.1 | 76366.9 | 83024.7 | 79695.8 | 73038.0 | 57606.1 | 50717.5 | 34534.6 | 47619.4 | 54277.2 | 50948.3 | 44290.5 | ||
institusi | RT | Agri | 27195.3 | 23611.5 | 25359.3 | 25388.7 | 26593.1 | 25990.9 | 24786.5 | -919.0 | -4502.9 | -2755.1 | -2725.7 | -1521.2 | -2123.5 | -3327.9 |
Non-agri | 80827.3 | 70232.2 | 78274.7 | 76444.7 | 79366.4 | 77905.6 | 74983.9 | 25307.9 | 14712.8 | 22755.3 | 20925.3 | 23847.0 | 22386.2 | 19464.5 | ||
All | 108022.6 | 93843.6 | 103634.0 | 101833.4 | 105959.6 | 103896.5 | 99770.3 | 24388.9 | 10209.9 | 20000.2 | 18199.6 | 22325.8 | 20262.7 | 16136.6 | ||
Firm | 63070.6 | 57880.0 | 46846.5 | 55932.3 | 60691.2 | 58311.8 | 53552.9 | 32709.3 | 27518.7 | 16485.2 | 25571.1 | 30329.9 | 27950.5 | 23191.7 | ||
Gov | 26476.4 | 24060.5 | 20449.4 | 23662.1 | 25538.3 | 24600.2 | 22724.0 | -93377.4 | -95793.3 | -99404.4 | -96191.7 | -94315.5 | -95253.6 | -97129.8 | ||
Sektor | Agriculture (30-34) | 25004.6 | 22757.4 | 27543.2 | 25101.7 | 25037.0 | 25069.4 | 25134.1 | 3287.5 | 1040.2 | 5826.1 | 3384.6 | 3319.8 | 3352.2 | 3416.9 | |
Mining (35-36) | 3464.1 | 21582.4 | 12227.5 | 12424.6 | 6450.9 | 9437.8 | 15411.5 | 668.4 | 18786.7 | 9431.8 | 9629.0 | 3655.2 | 6642.1 | 12615.8 | ||
Industri (37-41) | 67808.4 | 85775.1 | 102374.1 | 85319.2 | 73645.3 | 79482.3 | 91156.2 | 12287.5 | 30254.2 | 46853.2 | 29798.3 | 18124.4 | 23961.3 | 35635.2 | ||
Other services (44-49 & 51-53) | 68272.7 | 60675.1 | 72747.6 | 67231.8 | 67925.8 | 67578.8 | 66884.8 | 3917.3 | -3680.3 | 8392.3 | 2876.4 | 3570.4 | 3223.4 | 2529.5 | ||
Infrastructure defined (42-43) | 6348.2 | 110438.3 | 95864.7 | 70883.7 | 27860.0 | 49371.9 | 92395.6 | 882.3 | 104972.3 | 90398.8 | 65417.8 | 22394.1 | 43906.0 | 86929.6 | ||
Financial (50) | 117887.3 | 7359.3 | 8241.2 | 44495.9 | 93423.5 | 68959.7 | 20032.1 | 112388.7 | 1860.7 | 2742.6 | 38997.3 | 87924.9 | 63461.1 | 14533.6 | ||
All sector | 170898.0 | 301228.2 | 310757.2 | 260961.2 | 200919.1 | 230940.1 | 290982.2 | 21042.9 | 151373.1 | 160902.1 | 111106.0 | 51064.0 | 81085.0 | 141127.1 | ||
Whole economy | 821167.1 | 775922.1 | 807989.6 | 801692.9 | 814675.7 | 808184.3 | 795201.6 | 226534.6 | 181289.7 | 213357.1 | 207060.5 | 220043.2 | 213551.8 | 200569.1 |
Keterangan: angka yang ditebalkan merupakan 4 angka terbesar dari keseluruhan simulasi
Sumber : perhitungan penulis
Pada blok faktor produksi baik dengan menggunakan simulasi Amaupun B : tenaga kerja pertanian,non pertanian serta total keduanya paling merasa diuntungkan jika tipekebijakan yang diambil adalah tipe constructionextrimist atau dengan kata lain mengalokasikan seluruh injeksi dana hanyapada sektor konstruksi (sektor 43). Sedangkan, akumulasi kapital tertinggi akantercipta jika tipe kebijakan yang dipilih adalah financial extrimist. Hal ini terjadi karena ekspansi di sektorkonstruksi akan menyerap tenaga kerja yang sangat banyak seperti pada programpembangunan jalan serta infrastruktur fisik lainnya (labor intensive), sehingga akan lebih banyak tenaga kerja terlibatdan total pendapatan faktor produksinya pun juga meningkat. Di lain sisi,injeksi pada sektor perbankan jelas sekali akan berdampak sangat besar padapeningkatan akumulasi kapital di dalam perekonomian (capital intensive). Hal ini dikarenakan injeksi tersebut dapatmeningkatkan transaksi finansial di sektor perbankan itu sendiri (baik dalamarus deposito maupun kredit) yang juga memiliki arti bahwa terjadi peningkatanmodal di dalam perekonomian.
Di lain pihak, dengan menggunakan simulasi A (injeksi danaeksogen) pendapatan dari keseluruhan institusi yaitu rumah tangga pertanian,non-pertanian, perusahaan, maupun pemerintah akan sangat diuntungkan jika yangdilakukan adalah tipe kebijakan A1, yaitu mengalokasikan seluruh injeksi danauntuk sektor finansial saja (bank dan asuransi atau sektor 50). Pada simulasi B[13], di semua tipe kebijakan(tipe 1 sampai 7), terjadi penurunan penerimaan rumah tangga pertanian dalamjumlah yang tidak sedikit, khususnya bagi buruh pertanian dan pengusahapertanian golongan rendah. Rumah tangga pertanian akan paling merasa terpukuljika yang dilakukan adalah tipe kebijakan B2 (electricity extrimist), sedangkan merasa paling tidak terpukul jikayang dilakukan adalah tipe kebijakan B1 (financialextrimist). Rumah tangga non-pertanian serta total pendapatan rumah tanggasecara keseluruhan dan juga institusi perusahaan akan merasakan peningkatanyang paling besar apabila tipe kebijakan B1 (financial extrimist) yang dilakukan.
Hasil simulasi A dan B diatas merepresentasikan peranpenting sektor finansialdalam pendapatan rumah tangga, khususnya rumah tangga pertanian. Selain itu,hasil diatas juga menunjukkan bahwa terdapat peran pemerintah yang besar dalammembantu (mensubsidi) rumah tangga pertanian, hal ini ditunjukkan oleh sangatterpukulnya rumah tangga pertanian, khususnya buruh dan pengusaha golonganrendah, saat pemerintah mengurangi belanjanya untuk kemudian dialokasikankepada sektor-sektor yang dituju dalam target simulasi kebijakan. Hasil padasimulasi B menunjukkan kepada kita bahwa sektor financial yang lebih terbukaaksesnya akan menjadi obat yang baik (goodremedy) pada kasus pengurangan belanja pemerintah bagi rumah tanggapertanian. Dengan kata lain, subsidi-subsidi dari pemerintah tersebut bisadigantikan oleh usaha-usaha pemerintah untuk mempermudah akses rumah tanggapertanian terhadap pasar keuangan-dalam hal ini akses untuk mendapatkan kredit(Yaron et.al 1998). Hal tersebut dapat terjadi karena lembaga keuangan memilikiperan yang sangat esensial bagi kesejahteraan rumah tangga pertanian, yaitumelalui perannya sebagai akselerator peningkatan aset pertanian, ekspansi usaha, dan pengaman ekonomikeluarga di tengah tidak menentunya produksi pertanian (Vetrivel danKumarmangalam 2010).
Sebagai agen yang menginjeksikan dana ke dalam sistemperekonomian yang terekam dalam tabel SAM, pemerintah akan mengalami feedback effect, yaitu suatu kondisidimana dampak global yang dirasakan pemerintah adalah lebih besar dan lebihdalam daripada jumlah rupiah yang ia injeksikan ke dalam perekonomian, yaitusebesar Rp 90 triliun.Pemerintah akan merasakan dampak yang paling buruk jika dilakukan tipekebijakan B3 (construction extrimist),tetapi paling rendah dampak negatif-nyaapabila yang dilakukan adalah tipe kebijakan B1 (financial extrimist). Hal ini konsisten dengan temuan pada simulasiA, yaitu pemerintah akan merasakan dampak peningkatan pendapatan yang sangatbesar apabila dilakukan kebijakan A1, dan sebaliknya akan merasakan dampak yangpaling moderat jika dilakukan tipe kebijakan A3. Sedikit banyak, hal inidisebabkan karena peningkatan pendapatan pemerintah dipengaruhi paling besaroleh volatilitas dari pendapatan perusahaan[14], dimana akumulasi balasjasa kapital adalah determinan utamanya. Hal ini berarti pemerintah akanmendapatkan manfaat yang besar apabila tipe kebijakan yang diambil adalah proterhadap peningkatan akumulasi kapital, yang mana dalam konteks ini, injeksiterhadap pasar finansial yang memberikandampak terbesar terhadap akumulasi balas jasa kapital. Hal inilah yangmelatarbelakangi terciptanya dampak yang paling besar atas injeksi pasarkeuangan terhadap peningkatan pendapatan pemerintah dibandingkan dengan tipesimulasi yang lainnya.
Untuk alasan penyederhanaan analisis, sektor-sektor produksi(blok activities) di dalam SAM akandirangkum menjadi empat grup sektor besar (kecuali sektor 50, 42, dan 43 yangmenjadi basis penginjeksian dana), yaitu sektor pertanian (terdiri dari sektornomor 30 sampai 34), sektor pertambangan (terdiri dari sektor 35 dan 36),sektor industri manufaktur (terdiri dari sektor 37 sampai 41), serta sektorjasa lainnya (terdiri dari sektor 44 sampai 49 dan sektor 51 sampai 53).Output-output sektor pertanian, industri manufaktur, dan jasa-jasa lainnyapaling besar peningkatannya pada simulasi kebijakan yang menganut rezim construction extrimist, baik pada simulasi grup A maupun B. Sektor pertambangan,baik pada grup simulasi A maupun simulasi B, merasakan peningkatan output yangpaling besar apabila dipilih tipe kebijakan yang dipilih adalah tipe electricity extrimist (mengalokasikansemua dana untuk sektor listrik, gas, dan air minum). Namun demikian, karenapada simulasi B dana diambil dari belanja pemerintah, maka kerugian ataupenurunan output dalam suatu sektor perekonomian merupakan hal yang tidakterelakkan lagi, khususnya untuk sektor 52 (sektor pemerintahan dan pertahanan,pendidikan, kesehatan, film, dan jasa sosial lainnya). Pada simulasi B2 (electricity extrimist), penurunan yangpaling dalam adalah berasal dari output sektor jasa lainnya, dimana penyebabutamanya adalah penurunan pada sektor perhotelan (sektor 46); pemerintahan danpertahanan, pendidikan, kesehatan, film, dan jasa sosial lainnya (sektor 52);serta jasa perseorangan, rumah tangga dan jasa lainnya (sektor 53).
Latar belakang besarnya dampak sektor konstruksi terhadapsektor-sektor lainnya di dalam blok activitiesadalah tingginya tingkat keterkaitan antar sektor. Hal ini berarti ekspansipada sektor konstruksi akan menarik peningkatan output-output sektor lainnya didalam perekonomian secara lebih besar daripada yang bisa dilakukan oleh sektorbank dan asuransi serta sektor listrik, gas, dan air minum. Penurunanoutput sektor 52 di dalam simulasi Badalah jelas karena skenariopengeluaran pemerintah yang berkurang di dalam simulasi tersebut. Di lainpihak, peningkatan output sektor pertambangan, khususnya sektor nomor 35,karena opsi pilihan kebijakan tipe 2 adalah lebih dikarenakan juga olehketerkaitan yang tinggi dan kedekatan aktivitas diantara sektor 42 dengan 35tersebut.
StructuralPath Analysis
Pada bagian ini akan dianalisis dua dari tiga tipe simulaiutama di dalam penelitian ini, yaitu injeksi yang bermula dari sektor financial(50) dan sektor konstruksi (43). Hal ini mengingat kedua tipe simulasi inilahyang paling besar dampaknya terhadap perekonomian. Berdasarkan hasil analisismultiplier, penulis akan mengidentifikasi masing-masing tiga dari blok faktor produksi, institusi, dan sektor produksi yangterkena dampak paling besar dari shockyang bermula dari poles : sektor bankdan asuransi (sektor 50) serta konstruksi (sektor 43). Hal ini berarti akan adasembilan jalur dasar di setiap poles yangkemudian akan dilihat struktur jalurnya dalam mempengaruhi tujuan akhirnya(destinasi).
Untuk simulasi kebijakan yang bersumber dari shock di sektor 50 (bank dan asuransi), destinasi yang terpilih adalah :faktor produksi tenaga kerja penerima upah gaji pada bidang tata usaha,penjualan, dan jasa-jasa di pedesaan serta perkotaan, serta faktor produksibukan tenaga kerja (kapital), sedangkan destinasi untuk blok institusi adalahrumah tangga non-pertanian bukan angkatan kerja dan golongan tidak jelas,pengusaha bebas, dan institusi perusahaan. Destinasi pada sektor produksiadalah sektor real estate dan jasaperusahaan, peternakan dan hasil-hasilnya, serta restoran. Karena tidakterdeteksi ada bagian pengeluaran sektor bank dan asuransi untuk sektorpeternakan, maka untuk kepentingan analisis sektor tersebut akan diganti olehsektor pertanian tanaman pangan (sektor 30). Di lain pihak, destinasi dari shockdi sektor 43 (konstruksi) adalah : faktor produksi tenaga kerja penerimaupah gaji pada bidang Produksi, Operator Alat Angkutan, Manual dan buruh kasar di desa; tenaga kerja bukan penerimaupah gaji pada bidang Produksi, Operator Alat Angkutan, Manual dan buruh kasar di perkotaan; serta tenaga kerjapada bidang Kepemimpinan, Ketatalaksanaan, Militer, Profesional dan Teknisibukan penerima upah gaji di pedesaan. Pada blok institusi, destinasinya adalahRT non-pertanian pengusaha bebas kelas bawah serta bukan angkatan kerja dangolongan tidak jelas di pedesaan, serta RT non-pertanian pengusaha bebas kelasbawah di perkotaan. Padablok sektor, destinasinya adalah sektor kehutanan dan perburuan, pertambangandan penggalian lainnya, serta industri kayu dan barang dari kayu (lihat Tabel 4 untuk penjabarannya).Dari setiap destinasi, akan dipilih dan dianalisis dua jalur yang paling besar atau kritis pengaruhnya (rule of thumb-nya adalah lebih besarsama dengan 1 persen dari globalinfluence-nya).
Tabel4. Destinasidari setiap shock dalam Structural PathAnalysis
Sumber injeksi dana (origin of shock) | ||
Bank dan asuransi (50) | Konstruksi (43) | |
Destinasi[15] | 9 (f) | 5 (f) |
10 (f) | 8 (f) | |
17 (f) | 15 (f) | |
28 (inst) | 22 (inst) | |
27 (inst) | 23 (inst) | |
26 (inst) | 25 (inst) | |
51 (sector) | 33 (sector) | |
30 (sector) | 36 (sector) | |
45 (sector) | 39 (sector) |
Pada kasus diinjeksikannya dana ke sektor 50 (bank danasuransi), jalur yang paling kritis atau besar dampaknya dalam mempengaruhiketiga faktor produksi tersebut adalah melalui jalur langsung, yaitu dari peningkatan output sektor bank danasuransi secara langsung-tidak melewati suatu jalur tertentu akan menyebabkan peningkatan pendapatanfaktor produksi tenaga kerja penerima upah gaji pada bidang tata usaha,penjualan, dan jasa-jasa di pedesaan serta perkotaan, serta balas jasa kapital (bukan tenaga kerja). Jalur terbesarkedua yang berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan faktor produksi tenagakerja penerima upah gaji pada bidang tata usaha, penjualan, dan jasa-jasa diperkotaan adalah melewati peningkatan masukan sektor real estate dan jasa perusahaan (sektor 51) serta sektorpemerintahan dan pertahanan, pendidikan, kesehatan, film, dan jasa sosiallainnya (sektor 52) terlebih dahulu (1 persen dari global influence). Dua jalurterbesar yang mempengaruhi blok institusi Rumah Tangga (RT) non-pertanianbukan angkatan kerja (golongan tidak jelas) dan pengusaha bebas kelas atas diperkotaan adalah melalui jalur peningkatan pendapatan faktor produksi tenagakerja (TK) penerima upah gaji pada bidang tata usaha, penjualan, dan jasa-jasadi perkotaan serta balas jasa kapital (bukan tenaga kerja), dimana jalur yangmelewati faktor produksi TK lebih kritis daripadayangmelalui kapital. Di lain pihak, dua jalur paling kritis yang berpengaruhterhadap peningkatan pendapatan perusahaan (28) adalah melalui jalurpeningkatan balas jasa kapital (74.3 persen) dan melalui jalur yang lebihpanjang yaitu melewati sektor real estatedan jasa perusahaan (sektor 51) terlebih dahulu lalu mempengaruhi balas jasakapital sebelum kemudian meningkatkan pendapatan perusahaan (2.3 persen).
Struktur jalur paling kritis dalam rute perjalanan darisektor 50 ke 51 adalah secara langsung (38.7 persen) dan melalui faktorproduksi tenaga kerja penerima upah gaji pada bidang tata usaha, penjualan, danjasa-jasa di perkotaan, lalu ke Rumah Tangga (RT) non-pertanian pengusaha bebaskelas atas di perkotaan, baru kemudian ke sektor 51 itu sendiri, yaitu real estate dan jasa perusahaan (2.7persen). Jalur yang paling kritis dalam menuju destinasinya yaitu sektorrestoran adalah sama-sama melewati faktor produksi tenaga kerja penerima upahgaji pada bidang tata usaha, penjualan, dan jasa-jasa di perkotaan lalu menujuke RT non-pertanian pengusaha bebas kelas bawah di perkotaan atau pengusahabebas kelas atas sebelum kemudian mempengaruhi sektor restoran (sektor 45).Dampak yang paling besar dapat dirasakan jika injeksi mengalir ke RT non-pertanianpengusaha bebas kelas atas di perkotaan sebelum kemudian meningkatkan outputsektor restoran. Dalam rute strukturalnya mempengaruhi sektor pertanian tanamanpangan, terdapat tiga jalur terpenting yang kesemuanya merupakan percabangandari aliran sektor bank dan asuransi (50) terhadap faktor produksi tenaga kerjapenerima upah gaji pada bidang tata usaha, penjualan, dan jasa-jasa diperkotaan (10). Setelah dari sini, rute struktural terbagi menjadi 3kemungkinan rute yang menghasilkan dampak paling besar sebelum pada akhirnyamempengaruhi sektor pertanian tanaman pangan (30), rute tersebut yaitu : (i)melewati RT pengusaha pertanian kelas bawah, (ii) melewati RT non-pertanianpengusaha bebas kelas bawah di perkotaan, serta (iii) RT non-pertanian pengusahabebas kelas atas di perkotaan (lihat Tabel 5).
Mata rantai jalur struktural dari pole of origin, yaitu sektor bank dan asuransi, menuju destinasiyang telah disebutkan sebelumnya, pada umumnya melibatkan komponen-komponen blokfaktor, institusi, dan sektor produksi yang terimbas paling besar karenadilakukannya shock di sektor keuangantersebut. Contohnya adalah pada jalur menuju destinasi nomor 26, 27, 28, 30,dan 45. Untuk menuju destinasi terkait, shockdari sektor bank dan asuransi pasti akan melewati komponen nomor 10 dan 17terlebih dahulu. Hal ini berarti bahwa, sebelum sampai kepada destinasi blokinstitusi dan sektor, terlebih dahulu akan terjadi peningkatan yang besar daripendapatan tenaga kerja penerima upah dan gaji pada bidang tata usaha,penjualan, dan jasa-jasa di perkotaan serta balas jasa kapital di dalamperekonomian. Hal ini konsisten karena pada StructuralPath Analysis (SPA) ini, jalur yang paling kritis dari sektor 50 menujukomponen 10 dan 17 adalah jalur langsung. Dengan kata lain, sektor bank danasuransi memiliki dampak yang masif terhadap perekonomian secara keseluruhanmelalui peningkatan yang besar terhadap balas jasa kapital dan tenaga kerjapenerima upah dan gaji pada bidang tata usaha, penjualan, dan jasa-jasa di perkotaan.
Pada analisis jalur yang menempatkan sektor konstruksisebagai sumber utamanya, terdapat beberapa hasil yang menarik namun seiramadengan apa yang terjadi pada jalur sektor 50 seperti di analisis sebelumnya.Untuk menuju destinasi Rurwagehard dan Urbnonwagehard, jalur yang palingkritis dampaknya adalah jalur langsung (terbesar) serta jalur yang melaluisektor pertambangan dan penggalian lainnya terlebih dahulu (kedua terbesar). Dilain pihak, dalam menuju destinasi Rurnonwageleadpro, jalur yang paling kritisbukanlah jalur langsung, melainkan jalur yang melalui sektor pertambangan danpenggalian lainnya terlebih dahulu. Komponen 5 , yaitu faktor produksi tenagakerja penerima upah dan gaji pada bidang produksi, operator alat angkutan,manual dan buruh kasar di pedesaan, menjadi mata rantai jalur paling kritisdalam menuju destinasi nomor 22 dan 23 (Lowrurnonagrihhdan Midrurnonagrihh). Sedangkan jalurpaling kritis dalam menuju destinasi Lowurbnonagrihh adalahdengan terlebih dahulu melalui faktor produksi tenaga kerja penerima upah dangaji pada bidang Produksi, Operator AlatAngkutan, Manual dan buruh kasar di perkotaan. Namun demikian Urbnonwagehard menjadi mata ranti jaluryang kritis urutan kedua dalam mencapai destinasi Lowurbnonagrihh.
Argumenketerkaitan yang tinggi antara sektor konstruksi dengan sektor-sektor lainnyaterbukti di dalam SPA ini. Jalur yang paling kritis yang menghubungkan sektorkonstruksi dengan ketiga sektor destinasinya didominasi oleh jalur langsung.Terdeteksi hanya ada satu jalur kritis tak langsung yang menghubungkan sektorkonstruksi dengan sektor kehutanan, yaitu rute yang melalui sektor industri kayu dan bahan kayu terlebih dahulu. Namundemikian, tetap saja jalur yang paling kritis adalah jalur yang mengaitkansektor konstruksi dengan sektor kehutanan, industri kayu dan bahan kayu, serta pertambangandan penggalian lainnya secara langsung, bahkan jika harus melalui suatu sumbutertentu, sumbu pertengahan itu pun merupakan sektor produksi (lihat Tabel 6).
Tabel 5. Structural Path Analysis : Sektor Bank danAsuransi Bertindak sebagai Sumbu Awalan
Sumber | tujuan[16] | Rute paling “kritis” | Global Influence (GI) | Total Influence (TI) | Presentasi TI dari GI (%) |
finance | Rurwageadmin | 50à9 | 0.050 | 0.035 | 68.6 |
finance | Urbwageadmin | 50à10 50à51à10 50à52à10 | 0.265 | 0.199 0.003 0.003 | 75.1 1.0 1.0 |
finance | Cap | 50à17 50à51à17 | 0.926 | 0.716 0.022 | 77.3 2.4 |
finance | midurbnonagrihh | 50à10à26 50à17à26 | 0.080 | 0.027 0.016 | 33.1 19.9 |
finance | Upurbnonagrihh | 50à10à27 50à17à27 | 0.278 | 0.085 0.060 | 30.4 21.4 |
finance | firm | 50à17à28 50à51à17à28 | 0.676 | 0.503 0.016 | 74.3 2.3 |
finance | Housesector | 50à51 50à10à27à51 | 0.092 | 0.036 0.002 | 38.7 2.7 |
finance | Foodcropsector | 50à10à19à30 50à10à25à30 50à10à27à30 | 0.131 | 0.003 0.004 0.003 | 2.1 2.9 2.3 |
finance | restaurant | 50à10à27à45 50à10à25à45 | 0.095 | 0.006 0.006 | 6.7 6.1 |
Sumber: perhitungan penulis
Tabel 6. Structural Path Analysis : Sektor Konstruksi Bertindak sebagaiSumbu Awalan
Sumber | tujuan[17] | Rute paling “kritis” | Global Influence (GI) | Total Influence (TI) | Presentasi TI dari GI (%) |
Construction | Rurwagehard | 43à5 43à36à5 | 0.088 | 0.051 0.008 | 57.6 9.1 |
Construction | Urbnonwagehard | 43à8 43à36à8 | 0.048 | 0.020 0.006 | 42.8 13.1 |
Construction | Rurnonwageleadpro | 43à15 43à36à15 | 0.005 | 0.001 0.002 | 23.6 29.8 |
Construction | Lowrurnonagrihh | 43à5à22 43à17à22 | 0.156 | 0.040 0.009 | 25.3 6.0 |
Construction | Midrurnonagrihh | 43à5à23 43à7à23 43à17à23 | 0.050 | 0.005 0.004 0.003 | 9.1 7.7 6.9 |
Construction | lowurbnonagrihh | 43à6à25 43à8à25 43à17à25 | 0.206 | 0.045 0.014 0.012 | 21.8 6.7 6.0 |
Construction | Forestry | 43à33 43à39à33 | 0.030 | 0.020 0.006 | 68.4 20.0 |
Construction | Othermining | 43à36 | 0.070 | 0.068 | 96.8 |
Construction | wood | 43à39 | 0.059 | 0.051 | 86.4 |
Sumber: perhitungan penulis
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Usaha-usaha dalam mengatasi permasalahan terkait buruknyainfrastruktur serta terbatasnya akses terhadap pasar keuangan di Indonesia,direpresentasikan oleh injeksi dana pada sektor 50 (bank dan asuransi), 42(listrik, gas, dan air minum), serta 43 (konstruksi) serta kombinasinya didalam kerangka analisis tabel SAM (SocialAccounting Matrix). Hasil yang muncul dari analsis multiplier pada simulasi tipe kebijakan A1 sampai B7 menunjukkanbahwa alokasi yang dominan dan / atau condong berpihak kepada sektor finansial(sektor 50) akan membawa dampak yang paling besar bagi keseluruhanperekonomian. Kebijakan yang ekstrim berpihak terhadap sektor konstruksi akanmembawa dampak terbesar keempat bagi perekonomian, sedangkan kebijakan yangekstrim mendukung perbaikan listrik (direpresentasikan oleh sektor 42) diIndonesia, hanya akan memberikan dampak yang paling moderat dari seluruh tipekebijakan. Superioritas sektor finansial di dalam perekonomian Indonesia inidisebabkan oleh : (i) strategi pembangunan Indonesia yang lebih mengedepankanpola-pola efficiency-driven daripadakeberlimpahan sumberdaya-nya (factor-driven), serta (ii) adanyakekuatan financial accelerator yangmenjadi ciri khas di dalam sektor keuangan.
Dampak ekonomi terbesar bagi penerimaan faktor produksitenaga kerja akan diciptakan oleh alokasi kebijakan yang ekstrim membelanjakanseluruh injeksi dananya pada sektor konstruksi, sedangkan balas jasa kapital(bukan tenaga kerja) tertinggi berasal dari kebijakan financial extremist. Rumah tangga pertanian, non-pertanian (baik didesa maupun di kota), perusahaan, dan pemerintah akan merasakan dampak ekonomiyang paling besar jika yang dipilih adalah alokasi kebijakan financial extremist. Hal ini dikarenakanperan esensial sektor keuangan terhadap rumah tangga baik pertanian maupunnon-pertanian, yang berperan melalui jaring pengaman perekonomian keluarga ditengah ketidakpastian yang tinggi (khususnya bagi rumah tangga buruh danpengusaha kelas rendah di sektor pertanian). Hasil pada simulasi B menunjukkanbahwa terdapat ketergantungan yang tinggi dari rumah tangga pertanian terhadaptransfer-transfer dari pemerintah (subsidi). Ketergantungan tersebut sangatpotensial digantikan oleh kebijakan pemerintah yang berusaha untuk mengurangiketerbatasan akses mereka terhadap sektor finansial. Tipe kebijakan financial extremist memberikan dampakterbesar bagi perusahaan dan pemerintah karena tipe kebijakan tersebut bekerjamelalui peningkatan yang besar terhadap balas jasa kapital. Karenaketerkaitannya diantara sektor produksi yang sangat tinggi, tipe kebijakan construction extremist akan membawapeningkatan output sektoral yang paling besar dari dampak-dampak yang bisaditimbulkan oleh tipe kebijakan yang lainnya.
Pada bagian StructuralPath Analysis jalur yang paling kritis dari sektor bank dan asuransi menujudestinasinya pada blok faktor produksi adalah melalui jalur langsung. Dalamrangka menuju destinasinya pada blok institusi, jalur yang paling kritis adalahjalur-jalur yang melewati blok faktor produksi nomor 10 dan 17 dimana merekaberperan sebagai mata rantainya. Bagi destinasi rumah tangga non-pertanianbukan angkatan kerja serta pengusaha bebas kelas atas di perkotaan, jalur yangpaling kritis adalah dengan melewati rute mata rantai 10 (faktor produksipenerima upah dan gaji pada bidang Tata Usaha, Penjualan, Jasa-Jasa di kota),sedangkan bagi perusahaan jalur paling kritisnya yaitu jalur yang melewatibalas jasa terhadap kapital (17). Di lain pihak, jalur paling kritis dalamperjalanannya menuju destinasi blok sektor produksi adalah melewati jalurlangsung (untuk destinasi sektor perumahan) serta melewati jalur faktorproduksi tenaga kerja di perkotaan (clerical)dan rumah tangga non-pertanian pengusaha bebas di perkotaan (untuk destinasisektor tanaman pangan dan restoran).
Pada bagian SPA yang bermula dari sektor konstruksi, jalurlangsung mendominasi destinasi yang menuju blok faktor produksi dan sektor (activities). Di lain pihak, jalur palingkritis bagi destinasi blok institusi, yaitu rumah tangga pertanian pengusaha bebas kelas bawah (22) dan bukanangkatan kerja (23) di pedesaan, adalah dengan terlebih dahulu melalui matarantai nomor 5 (faktor produksi tenaga kerja penerima upah gaji pada bidang Produksi,Operator Alat Angkutan, Manual dan buruhkasar di pedesaan. Sedangkan jalur untuk menuju blok institusi nomor 25 (rumahtangga pertanian pengusaha bebas kelasbawah di perkotaan) adalah dengan terlebih dahulu melalui blok institusi nomor6 (faktor produksi tenaga kerja penerima upah gaji pada bidang Produksi,Operator Alat Angkutan, Manual dan buruhkasar di perkotaan).
ImplikasiKebijakan dan Saran
Bagi rezim yang ingin memberikan dampak yang besar bagikeseluruhan agen di dalam perekonomian, rumah tangga, perusahaan, danpemerintahan itu sendiri, maka kebijakan yang tepat adalah dengan cara mengalokasikaninjeksi dana ke dalam sektor bank dan asuransi, sebagai representasiusaha-usaha mengatasi keterbatasan akses pasar finansial. Namun, jika targetutama kebijakan pemerintah adalah untuk memberikan manfaat yangsebesar-besarnya bagi tenaga kerja dan sektor-sektor produksi di dalamperekonomian, maka kebijakan yang tepat adalah menginjeksikan dana tersebutmelalui sektor konstruksi (usaha-usaha memperbaiki kualitas infrastruktur).
Saranyang penting dilakukan untuk penelitian sejenis di waktu mendatang adalahmelakukan simulasi pada SAM tahun 2008 untuk mengetahui trend dampak kebijakan pada struktur perekonomian yang relatiflebih baru tersebut. Serta dilakukannya simulasi dampak sektor pasar finansialdengan menggunakan tabel FinancialSAM (F SAM) agar dampak dan jalur strukturalnya dapat diketahui dengan lebihdetail dan komprehensif khusus yang terkait dunia finansial saja.
DAFTAR PUSTAKA
Bautista, R. 2000. Agriculture-BasedDevelopment: A SAM Perspective on Central Vietnam. International FoodPolicy Institute, Washington DC.
Hartono, Djoni. 2011. Materi kuliah Model Ekonomi. SemesterGasal 2011/2012 PPIE Fakultas Ilmu Ekonomi Indonesia.
Iqbal, Z. and R. Siddiqui. 1998. Salient Features of The Social Accounting Matrix for Pakistan, 1989-1990.Paper presented at the MIMAP. Third Annual Meeting, November 2-6, 1998.Kathmandu, Nepal. Google. Pdf. (12-11-03).
Makmun dan Abdurahman.2003. “Dampak Kenaikan Tarif DasarListrik terhadap Konsumsi Listrik dan Pendapatan Masyarakat”. Jurnal Keuangandan Moneter Vol. 6 No. 2.
Nokkala, M. 2002. SocialAccounting Matrices and Sectoral Analysis: The Case of Agriculturral SectorInvestment in Zambia.
Schwab, K. 2011. The Global Competitiveness Report 2011-2012.World Economic Forum, Geneva.
Sugiyono, Agus. 2009. “DampakKebijakan Energi terhadap Perekonomian di Indonesia: Model KomputasiKeseimbangan Umum”. Kolokuim Nasional Program Doktor, Yogyakarta,11-12 Desember 2009.
Thorbecke, E. 1996. A Multiplier Decomposition Method to Analysis Poverty Alleviation.Journal of Development Economics, (48) : 279-300.
Vetrivel, S.C. danKumarmangalam, S.C. 2010. Role ofMicrofinance Institutions in Rural Development. International Journal ofInformation technology and Knowledge management, Vol. 2, No.2, pp. 435-441
Wagner, J.E. 1999. Developmenta Social Accounting Matrix to Examine Tourism in the Area de Proteçäo Ambientalde Guaraqueçaba, Brazil. Working Paper No. 58.
World Bank. 2012. Doing Business 2012, Economy Profile :Indonesia. The World bank, Washington
Yaron, J., McDOnald Benjamin,dan Stephanie Charitonenko. 1998. PromotingEfficient Rural Financial Intermediation. The World Bank Research Observer,Vol. 13, No. 2, pp. 147-170
Zhang, Z. dan Wenlang Zhang.2009. The road to Recovery : FiscalStimulus, Financial Sector Rehabilitation, and Exit from Policy Easing.Hong Kong Monetary Authority working paper 18/2009.
----------------. 2001. The Social Accounting Matrix: Deterministic or Stochastic AnalysisConcept?. Paper prepared for a Conference in Honor of Graham Pyatt’sRetirement, at the Institute of Social Studies, The Hague, Netherlands,November 29 and 30, 2001. Pdf. (12-11-03).
[1] StatistikEkonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI), diakses dari www.bi.go.id pada bulan Desember2011
[2] Lihat footnote 1
[3] “menjagamomentum” yang dimaksud disini adalah memanfaatkan momen pertumbuhan ekonomiyang tetap terjaga tersebut untuk sebesar-besarnya perbaikan-perbaikan mendasarpada sektor riil serta reformasi kebijakan yang dapat mendorong peningkatankesejahteraan masyarakat
[4] Merupakanpilar ke-4 dari 12 pilar pembentuk GCI. Pilar ini mengukur bagaimana kualitaskualitas postur fiscal, moneter, dan indicator makroekonomi lainnya yangrelevan dalam membentuk tingkat daya saing suatu Negara (detail perhitungan danscoring system dapat dilihat di “The Global Competitiveness Report 2011-2012
[5] Hal initermanifestasikan oleh meningkatnya country credit rating Indonesia menjadiInvestment Grade (BBB-)
[6] Di dalamlaporan Doing Business 2012 dan Global Competitiveness Report 2011-2012
[7] Terbatasnyaakses permodalan disini bisa berarti : (i) individu tidak terjangkau kegiatanbank atau lembaga keuangan lainnya, (ii) bunga pinjaman masih terlalu tinggiatau prosedur terlalu rumit, (iii) pasar keuangan tidak efisien sehingga tidakbisa memperluas skala ekonominya untuk menjangkau pasar yang lebih banyak lagi
[8] Di dalamperencanaan kebijakan, terkadang pemilihan kebijakan yang akan dieksekusi bukanhanya didasarkan pada opsi mana yang paling besar dampaknya pada perekonomiansecara keseluruhan, namun dilihat juga dampaknya pada rumah tangga, tenagakerja baik pertanian dan non pertanian, atau desa-kota, atau bahkan dilihatdampaknya terhadap sektor-sektor perekonomian.
[9] Usahauntuk memperbaiki kendala akses terhadap pasar finansial bisa dalam bentuk :(i) memberikan subsidi bunga sehingga pinjaman kredit semakin lebih murah(terjangkau) dan membuat lebih banyak masyarakat bisa mendapatkan aksesterhadap pasar finansial, (ii) membuat suatu skema kredit baru dengan sukubunga yang murah seperti Kredit Usaha Rakyat dan sebagainya, dan (iii)membangun infrastruktur yang baik di dalam sistem perbankan (bisa dalam bentukIT dll) agar informasi profil resiko nasabah dapat dinilai dengan lebih validsehingga lebih banyak orang akan mendapatkan kesempatan meng-akses pasarfinansial (Lihat Doing Business Report 2011-2012)
[10] Dengan katalain pengeluaran pemerintah berkurang sebesar 900 karena harus dialokasikanuntuk menginjeksi ketiga sektor tersebut
[11] Karenatidak diketahui tingkat kepentingan relatif dari sektor 42 dan 43 di dalamperekonomian, maka penulis mengasumsikan bahwa pada biased policy, kebijakanyang condong ke arah baik finansial maupun infrastruktur harus melakukanalokasi yang seimbang pada sektor 42 (listrik, gas, dan air minum) dan 43(konstruksi)
[12] Halini terlebih lagi karena supply dan kualitas infrastruktur bukanlah lagikomponen utama yang menentukan tingkat daya saing bagi negara yang sedangberada pada tahap pembangunan efficiency-driven
[13] dimanapemerintah mengurangi belanjanya sebesar 90 triliun untuk kemudian disalurkankepada sektor 50, 42, dan 43
[14] Hal ini terjadikarena perusahaan adalah basis utama pemerintah dalam memperoleh pajak
[15] Disajikandalam kode di dalam table SAM, f = factor produksi, inst = institusi, sector =sektor produksi (activities)
[16] Rurwageadmin= Faktor produksi tenaga kerja penerima upah dan gaji pada bidang tata usaha,penjualan, dan jasa-jasa di pedesaan; Urbwageadmin = Faktor produksi tenagakerja penerima upah dan gaji pada bidang tata usaha, penjualan, dan jasa-jasadi perkotaan; Cap = Bukan tenaga kerja (kapital); midurbnonagrihh = rumahtangga non-pertanian bukan tenaga kerja dan golongan tidak jelas di perkotaan;Upurbnonagrihh = rumah tangga non-pertanian golongan pengusaha bebas kelas atasdi perkotaan; firm = perusahaan; housesector = sektor real estate dan jasaperusahaan; foodcropsector = sektor tanaman pangan; restaurant = sektorrestaurant.
[17] Rurwagehard =faktor produksi tenaga kerja penerima upah dan gaji pada bidang produksi,operator alat angkutan, manual dan buruh kasar di pedesaan; urbnonwagehard =faktor produksi tenaga kerja bukan penerima upah dan gaji pada bidang produksi,operator alat angkutan, manual dan buruh kasar di perkotaan; rurnonwageleadpro= faktor produksi tenaga kerja bukan penerima upah dan gaji pada bidangKepemimpinan, Ketatalaksanaan, Militer, Profesional dan Teknisi di pedesaan;lowrurnonagrihh = rumah tangga non pertanian pengusaha bebas kalangan bawah dipedesaan; midrurnonagrihh = rumah tangga non pertanian golongan bukan angkatankerja dan golongan tidak jelas di pedesaan; lowurbnonagrihh = rumah tangganon-pertanian pengusaha bebas kalangan bawah di perkotaan; forestry = sektorkehutanan dan perburuan; othermining = pertambangan dan penggalian lainnya;wood = industry kayu & barang dari kayu
(Ditulis bersama dengan Riandy Laksono dan Satria Kusuma Diyuda)