Headline di berbagai media di seluruh dunia minggu yang lalu dihebohkan oleh kerugian UBS senilai kurang lebih dua milyar dollar yang diakibatkan transaksi spekulasi valas. UBS merupakan bank terbesar di Swiss sehingga kejadian tersebut menyedot perhatian dunia. Maklum, Swiss merupakan surganya penempatan dana dari nasabah kakap seluruh dunia termasuk juga mungkin dana hasil korupsi.
Kalau kita telaah lebih seksama, ternyata kerugian yang dialami UBS bukanlah semata-mata akibat dari spekulasi melainkan akibat kalah judi. Kerugian timbul akibat transaksi margin trading dalam perdagangan berjangka (future) valuta asing. Transaksi seperti ini merupakan zero sum game dimana keuntungan di satu pihak menciptakan kerugian di pihak lainnya. Perjudian semacam ini terlanjur disebut sebagai perdagangan dan investasi dalam kamus dunia keuangan. Padahal esensinya sama dengan permainan judi di kasino. Karena itu, kita semua harus sangat hati-hati manakala ditawari produk atau transaksi keuangan yang diberi judul investasi ataupun perdagangan. Kita harus mampu menilai esensi dari transaksinya. Ingat, kunci klasifikasi judi ada dua yaitu (1) cara atau metoda untuk menentukan siapa yang menang dan kalah yang melibatkan unsur ketidakpastian dan (2) zero sum game.
Spekulasi sendiri merupakan salah satu metoda yang sering dipakai dalam perjudian. Tetapi tidak semua spekulasi identik dengan perjudian. Mari kita lihat dua contoh berikut ini.
Dalam contoh yang pertama, Si A dan si B bersepakat untuk taruhan bahwa nilai tukar rupiah lawan dolar adalah Rp 9000 per dolar. Kalau nilai tukar besok berada di atas nilai acuan tersebut maka si A harus membayar pada si B sebesar selisih nilai tukar dengan nilai acuannya. Sebaliknya jika harga spot lebih rendah maka si A mendapatkan pembayaran marginal dari si B. Nilai mata uang hanya dijadikan acuan walaupun sering disebut sebagai underlying. Penentuan nilai acuan ini dilakukan secara spekulatif atau menduga-duga. Jadi spekulasi ditambah dengan zero sum game adalah perjudian. Tentu hal ini mirip dengan judi tebak-tebakan nomor mobil apakah genap atau ganjil.
Dalam contoh yang kedua, si A yakin bahwa besok nilai tukar akan naik di atas Rp 9000 per dolar dan dengan demikian adalah dianggap menguntungkan untuk membeli hari ini dengan harga yang lebih rendah. Kalau ternyata memang nilai dolar mengalami kenaikan maka dia untung, dan jika sebaliknya maka dia rugi. Inilah yang disebut dengan spekulasi murni, karena keuntungan yang diperoleh tidak serta merta diikuti dengan kerugian pihak lain secara langsung atau sebaliknya.
Dari sisi definisi sangat mungkin untuk membedakan mana spekulasi, judi, dan perdagangan. Tetapi dalam prakteknya sulit untuk melihat perbedaanya secara jelas karena komplesitas transaksi keuangan modern. Coba kita lihat tiga contoh berikut ini.
Dalam kasus yang pertama, si A memerlukan sejumlah emas bulan depan untuk diolah menjadi berbagai bentuk perhiasan. Karena harga cenderung berfluktuasi maka ia melakukan kontrak dengan harga yang sudah dipastikan sejak saat ini. Artinya ia melibatkan diri dalam kontrak berjangka dengan delivery satu bulan mendatang. Kebetulan si B memiliki emas dan memerlukan mata uang USD di bulan yang akan datang untuk membayar utang. Ia juga ingin memastikan bahwa uang yang diterimanya sesuai dengan nilai tukar yang dipandang tidak merugikan. Karena itu keduanya mengikat diri dalam kontrak jual beli emas yang didenominasi dalam dolar. Dengan transaksi ini keduanya dapat menghindari risiko. Si A mendapat kepastian harga emas, dan si B mendapat kepastian nilai tukar. Anda pasti sepakat dengan kami bahwa kontrak berjangka semacam ini merupakan perdagangan biasa.
Tetapi coba lihat kasus yang kedua dimana si A sebetulnya tidak memerlukan emas. Ia membeli emas dengan kontrak berjangka karena mengantisipasi bahwa harga emas akan lebih tinggi dibanding dengan harga yang tercantum dalam kontrak tersebut. Ketika bulan depan ia mendapatkannya dari si B, maka emas tersebut ia jual di pasar spot. Selisih harga spot dengan harga kontrak merupakan keuntungan atau kerugian si A. Terlihat bahwa motif si A adalah spekulasi. Namun karena dalam kontrak berjangka tidak pernah ditanyakan masalah motif, sangatlah sulit untuk membedakan mana yang murni perdagangan biasa dan mana yang dibumbui dengan spekulasi.
Kesulitan untuk membedakannya bertambah rumit dalam kasus yang ketiga berikut ini dimana si A tidak memerlukan emas dan si B juga ternyata tidak memiliki emas. Kontrak berjangka terjadi hanya karena dua-duanya ingin ambil untung dari selisih harga dan kebetulan keduanya memiliki antisipasi yang berlawanan. Si A mengantisipasi harga spot di bulan mendatang akan lebih tinggi dibanding harga kontrak sedang si B mengantisipasi harga spot yang lebih rendah. Kalau ini terjadi maka kontrak berjangka lebih mirip dengan arena tebak-tebakan. Yang tebakannya benar menjadi pemenang dan yang salah menjadi pecundang. Bukankah ini zero sum game?
Kesimpulannya, sebuah transaksi perdagangan bisa masuk kategori spekulasi ataupun judi sangatlah tergantung pada motif awalnya. Persoalannya, dunia keuangan saat ini seringkali tidak pernah mempertanyakan motif. Kalaupun ditanya motif, pasti akan selalu ada pihak yang dengan sengaja menyembunyikannya. Di atas kertas kita bisa berbohong, tapi Gusti Allah tidak pernah tidur. Untuk masalah niat, kita serahkan saja kepada Yang Maha Melihat.
Dr Iman Sugema, Dosen IE FEM IPB
M Iqbal Irfany, Dosen IE-FEM IPB