Analisis Keuangan Syariah Eropa 2010

Kinerja perbankan dan keuangan Islam mengalami kemajuan yang sangat pesat di Eropa. Mereka berlomba-lomba menyiapkan berbagai fasilitas baik regulasi, kebijakan dan infrastruktur untuk bisa menangkap peluang pasar yang ada. Regulasi perbankan yang ada di Eropa memungkinkan pendatang pasar baru untuk mengembangkan dan menembus pasar Eropa tanpa harus membentuk kantor cabang di setiap negara anggota Uni Eropa.


Inggris telah menjadi penggerak pertama bagi pengembangan perbankan syariah di Eropa, meskipun penduduk Muslimnya (1,8 juta orang) relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan Prancis (6 juta orang) dan Jerman (3,3 juta orang). Indikator tersebut bisa dilihat dari posisi aset perbankan dan keuangan syariah negara tersebut yang bertengger di posisi 8 dunia. Kinerja perbankan Islam di Inggris sampai akhir 2010 ini masih terlihat mendominasi.


Kemajuan pesat ini disebabkan oleh kebijakan peraturan yang lebih kondusif dan mampu menyedot perhatian investor, khususnya Timur Tengah. Hal yang sama juga berusaha dilakukan oleh negara-negara Eropa lainnya, seperti Belanda yang berambisi mengejar ketertinggalannya sebagai pemain di industri keuangan syariah.


Sementara itu. Prancis baru-baru ini mengumumkan telah menghilangkan pajak bagi investor dan meningkatkan kerangka regulasi yang kondusif untuk mendirikan lembaga keuangan Islam di negara ini. Sedangkan Jerman telah menerbitkan sukuk, sebagai pintu investasinya. Di sisi lain, Italia dan Belgia tengah melakukan kajian untuk menerbitkan sukuk, mengikuti jejak Jerman.


Karena tingginya tingkat pertumbuhan perbankan syariah, pasar keuangan syariah ini menjadi sangat menarik bagi perbankan konvensional yang ada di Eropa. Bank-bank internasional besar seperti HSBC, UBS atau Deutsche Bank telah menyiapkan diri untuk memenuhi kebutuhan, khususnya para nasabah


Muslim, untuk menangkap peluang pertumbuhan sektor ini di Eropa. Secara detil, berikut disampaikan perkembangan perbankan dan keuangan Islam di beberapa negara Eropa.


Inggris


Dalam perbankan syariah, London telah memiliki keunggulan kompetitif yang cukup bagus di Eropa. Tidak hanya menawarkan berbagai bank untuk dipilih, tetapi juga regulasi, perusahaan akuntansi serta konsultan yang mengkhususkan diri di bidang keuangan Islam juga telah berkembang.


Inggris menyadari bahwa pendidikan dan pelatihan merupakan kunci untuk mengembangkan kualifikasi keuangan Islam di negaranya. Karena itu, pada tahun 2010 ini, Inggris telah membuat anggaran khusus untuk pengembangan pendidikan Perbankan dan Keuangan Islam melalui berbagai institusi pendidikan tinggi di negaranya.


Di bidang regulasi, sejak Januari 2010, Inggris telah mengumumkan langkah-langkah untuk memberikan kemudahan regulasi bagi investor di bidang sukuk, mengurangi biaya hukum bagi investor, dan menghilangkan hambatan-hambatan yang memberatkan investor.


Prancis


Sejak kuartal ketiga tahun 2008, Menteri Keuangan Prancis Christine Lagarde telah mengumumkan bahwa negaranya lebih terbuka untuk menjadi pemain pasar keuangan Islam di Eropa.


Sebagai negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di Eropa, Prancis berusaha untuk menarik likuiditas dari negara Teluk dan Asia melalui instrumen keuangan syariah. Regulasi perbankan syariah juga telah mereka luncurkan, sebagai upaya untuk mengembangkan investasi sektor ini, termasuk produk kredit rumah dan modal kerja. Namun demikian, perbankan ritel syariah di negara ini belum akan tersedia dalam waktu dekat ini.


Perancis pun telah menargetkan untuk menyedot 120 miliar dolar AS aset keuangan syariah melalui pembiayaan dan investasi pada tahun 2020. Selain itu, produk Sukuk juga telah menjadi fokus utama yang akan dijadikan sebagai instrumen investasi di negara ini.


Belum lama ini, Paris Europlace menandatangani perjanjian dengan AAOIFI untuk membuka jalan bagi kerjasama yang lebih besar untuk mendorong perkembangan keuangan Islam di Perancis. Kemudian Qatar Islamic Bank telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Banque Populaire Caisse dEpargne, kelompok perbankan terbesar kedua di Perancis, untuk mendapatkan akses ke perbankan ritel, kecil dan menengah pasar bisnis. MoU ini akan mempromosikan kerjasama antara kedua bank di Perancis, dan mencoba untuk membangun sebuah kemitraan yang langgeng. Peluang pengembangan keuangan syariah ini terbuka lebar ke depannya. Apalagi Perancis memiliki hubungan sejarah dan politik yang kuat dengan Timur Tengah.


Jerman


Bank Islam pertama di Jerman didirikan oleh Turki Kuveyt Bank pada 2010 di kota selatan, Mannheim. Bank ini bermaksud untuk melakukan ekspansi lebih lanjut dengan memanfaatkan pangsa pasar Jerman. Walaupun memiliki jumlah penduduk muslim lebih besar dari Swiss dan Inggris, namun perkembangan perbankan dan keuangan Islam di negara ini belum menunjukkan angka yang signifikan.


Swiss


Kebijakan pajak yang sangat ringan membuat Swiss tumbuh bagai surga bagi para pengusaha kaya dunia untuk menginvestasikan uangnya. Masyarakat Swiss mendapat keuntungan dari kebijakan pemerintah yang sangat ramah bisnis ini, sehingga negara ini menjadi pusat investasi perbankan internasional.


Namun demikian, investasi dari dunia Arab agak sulit diperoleh Swiss pada tahun 2010. Hal ini disebabkan oleh berbagai regulasi yang tidak menguntungkan bagi investor asing jika dibandingkan dengan regulasi yang ditawarkan oleh Inggris. Karena itu, Swiss saat ini sedang berjuang keras untuk menyusul ketertinggalannya, terutama dari Inggris.


Luksemburg


Pertumbuhan industri perbankan dan keuangan syariah negeri ini belum terlalu besar. Saat ini, Luksemburg memiliki aset perbankan syariah sebesar 0,58 milyar dolar AS. masih lebih tinggi dari Irlandia yang asetnya baru mencapai angka 0. 23 milyar dolar AS.


Namun demikian, ke. depannya, ada semangat bersama di antara negara-negara anggota Uni Eropa untuk membidik dan mengembangkan industri keuangan syariah, dan berusaha semaksimal mungkin untuk menangkap peluang investasi Timteng. Ini menunjukkan bahwa keuangan syariah, perlahan tapi pasti, mulai menjadi bagian penting dari industri keuangan mereka.


Jaenal Effendi, Dosen IE FEM IPB dan Kandidat Doktor Georg-August University Jerman

Klik suka di bawah ini ya