Ekonomi Islam dan Kegagalan Kapitalis-Sosialis

Sistem ekonomi kapitalisme adalah sistem ekonomi yang aset-aset produktif dan atau faktor-faktor produksinya sebagian besar dimiliki oleh sektor individu/swasta, sementara tujuan utama kegiatan produksi adalah menjual untuk memperoleh laba. Munculnya semangat kapitalisme membawa dampak negatif yang mencapai puncaknya pada abad ke-19. Dampak negatif tersebut, antara lain, eksploitasi buruh, penguasaan kekuatan ekonomi di tangan pemillik modal, dan digunakannya gereja/pemuka gereja sebagai legitimasi kekuatan politik dan atau ekonomi.

Perekonomian kapitalis menggunakan mekanisme pasar sebagai alat koordinasi. Akibatnya, kekuatan dan keterbatsan mekanisme pasar sekaligus juga merupakan kelemahan sistem kapitalis. Dengan dominasi pemilik modal, sistem ekonomi kapitalis sangat merugikan rakyat kecil yang tidak memiliki modal. Adanya kebebasan individu akan memberikan pengaruh yang luar biasa bagi pemodal, yaitu melakukan berbagai cara untuk mencapai tujuannya dalam mencari keuntungan semaksimal mungkin. Selain sistem kapitalis, ada juga sistem ekonomi yang tak asing lagi bagi kita, yaitu sistem sosialis. Sistem tersebut merupakan kebalikan dari kapitalis.

Tulus TH Tambunan (2009) mengatakan, ada enam asas yang dapat dilihat sebagai ciri dari sistem kapitalis, yaitu hak milik pribadi, kebebasan berusaha dan kebebasan memilih, motif kepentingan diri sendiri, persaingan, harga ditentukan oleh mekanisme pasar, dan peranan terbatas pemerintah. Jika sistem kapitalis sangat percaya bahwa kemakmuran bersama harus dibangun di atas fondasi kemakmuran individu, sistem sosialis berpandangan sebaliknya. Kemakmuran individu hanya mungkin tercapai bila berfondasikan kemakmuran bersama. Konsekuensinya, penguasaan individu atas aset-aset ekonomi atau faktor-faktor ekonomi harus ditekan sedikit mungkin. Itulah sebabnya, dalam masyarakat sosialis, sebagian besar kepemilikan merupakan kepemilikan sosial.

Sebagai contoh, Adam Smith yang dijuluki Samuelson sebagai Nabi Laesses Faire dengan doktrinnya yang terkenal, yaitu the Invisible Hand, dan membiarkan berlakunya survival of the fittest, ditentang karena akan memperdalam jurang pemisah antara si kaya dan si miskin; doktrin trade off antara inflasi dan kesempatan kerja dari AW Philips lama memengaruhi para pengambil keputusan dalam kebijaksanaan moneter meskipun pernah terjadi inflasi dan tingkat pengangguran yang tinggi.

Selanjutnya, doktrin yang mengatakan bahwa inflasi akan dapat dikendalikan melalui kebijaksanan uang ketat ternyata kurang efektif karena perekonomian dengan sistem bunga tingkat bunga akan naik dan pada gilirannya akan menaikkan harga. Jadi, inti dari sosialisme adalah lebih mengutamakan kesejahteraan masayarakat umum daripada kepentingan individu. Dalam sosialisme, pemerintah yang memiliki peran penting dalam dunia perekonomian.

Ekonomi Islam
Ekonomi Islam secara mendasar berbeda dari sistem ekonomi yang lain dalam hal tujuan, bentuk, dan coraknya. Sistem tersebut berusaha memecahkan masalah ekonomi manusia dengan cara menempuh jalan tengah antara pola yang ekstrem, yaitu kapitalis dan sosialis. Singkatnya, ekonomi Islam adalah sistem ekonomi yang berdasarkan Alquran dan hadis serta bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia di dunia dan akhirat (al-Falah).

Jadi, kehadiran ekonomi Islam ingin menunjukkan sistem ekonomi yang lebih baik dibandingkan sistem kapitalis-sosialis. Akibat sistem kapitalis, banyak terjadi ketidakadilan dalam pembagian pendapatan masyarakat sehingga menjadikan yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin.

Di samping itu, ekonomi Islam merupakan ilmu yang dihasilkan dari sebuah upaya manusia untuk keluar dari persoalan ekonomi yang kurang kondusif dengan cara yang sistematis dan menumbuhkan keyakinan akan kebenaran Alquran, terutama yang menjelaskan ekonomi. Kedua sumber ajaran Islam tersebut membawa seperangkat nilai-nilai yang harus diwujudkan dalam aktivitas perekonomian jika manusia menginginkan kehidupan yang seimbang dan proporsional, tidak terlalu materialistik, individualistik, dan sosialistik. Akan tetapi, jasad dan roh, lahir dan batin, sama-sama mendapat perhatian dan pelayanan yang selaras. Jelaslah bahwa ekonomi Islam ingin memberikan jalan keluar dari keterpurukan akibat sistem ekonomi yang selama ini sangat merugikan masyarakat, khususnya rakyat kecil.

Ekonomi Islam ingin merespons kegagalan sistem ekonomi kapitalis dan sosialis yang dalam operasinya tidak sesuai dengan ajaran Islam. Kedua sistem tersebut hanya berorientasi pada aspek materi saja dan mengabaikan aspek ukhrawi. Berbeda dengan ekonomi Islam yang memadukan keduanya karena tujuan dari ekonomi Islam adalah mencapai kesejahteraan yang sebenar-benarnya, yaitu adanya keseimbangan antara kesejehteraan di dunia dan akhirat (falah).

Oleh Herman, Mahasiswa Perbankan Syariah Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), aktif di MMS (Moderate Muslim Society)

Klik suka di bawah ini ya