Statistik Perbankan Indonesia terbaru yang dirilis Bank Indonesia (BI) pada 15 Agustus 2011 lalu, menunjukkan bahwa kinerja perbankan syariah tiga tahun terakhir begitu membahagiakan. Peningkatan kinerja ini dapat dilihat dari sejumlah indikator utama. Dari sisi pertumbuhan aset, misalnya, terlihat bahwa aset perbankan syariah telah meningkat dari Rp 66 triliun pada 2009 menjadi Rp 110 triliun pada akhir Juni 2011.
Di sisi perolehan dana pihak ketiga, juga telah meningkat dari Rp 52 triliun menjadi Rp 87 triliun. Begitu juga pembiayaan dari Rp 47 triliun menjadi Rp 83 triliun. Peningkatan aset, dana, dan penyaluran pembiayaan selama tiga tahun terakhir ini merupakan suatu pertanda bahwa kepercayaan masyarakat terhadap produk dan layanan dari 11 bank umum syariah (BUS), 23 unit usaha syariah (UUS), serta 150 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) telah pula mengalami peningkatan yang menggembirakan.
Ekspansi jaringan kantor yang begitu agresif, terutama dalam bentuk pembukaan kantor baru bagi BUS dan unit layanan syariah (ULS) bagi UUS, ternyata telah memberikan kontribusi yang positif bagi peningkatan aset perbankan syariah tersebut.
Apabila kita coba cermati lebih dalam, dapat diketahui bahwa dari seluruh bank yang beroperasi secara syariah tersebut juga terdapat beberapa bank BUMN syariah. Bank tersebut adalah tiga BUS, yaitu Bank Syariah Mandiri (BSM), BNI Syariah, dan BRI Syariah serta satu UUS, yaitu Bank Tabungan Negara (BTN) Syariah.
Merger dan kinerja
Belum lama berselang, hampir semua media membicarakan mengenai perlu tidaknya dilakukan merger beberapa bank BUMN syariah tersebut di atas. Beberapa bank yang diisukan akan dimerger adalah BSM, BNI Syariah, dan BRI Syariah. Rencana merger beberapa bank BUMN syariah ini, menurut penulis, patut dipertimbangkan karena lahirnya raksasa perbankan syariah di Indonesia merupakan sesuatu yang amat dinantikan dan diharapkan akan dapat menjadi lokomotif utama dalam pengembangan perbankan syariah Indonesia.
Hal ini rasanya tidak terlalu muluk mengingat saat ini saja kinerja dan kontribusi tiga bank BUMN syariah tersebut ternyata begitu mewarnai kinerja perbankan syariah Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa potret berikut ini.
Dari sisi kontribusi aset, misalnya, total aset seluruh BUS dan UUS per akhir April 2011 adalah Rp 101 triliun. Apabila kita coba menjumlahkan total aset BSM, BNI Syariah, dan BRI Syariah pada kurun yang sama adalah lebih kurang Rp 48 triliun. Dengan demikian, kontribusi aset seluruh bank BUMN syariah ini minus BTN syariah adalah lebih kurang 48 persen dari industrinya.
Kontribusi aset bank BUMN syariah ini tidak begitu jauh dari sisi penyaluran pembiayaan yang memberikan share 49 persen dari seluruh perbankan syariah. Begitu juga dari sumbangan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK). Jumlah DPK seluruh industri pada saat yang sama adalah Rp 79,9 triliun. Sedangkan share dari ketiga bank BUMN syariah lebih kurang 52 persen dari total DPK perbankan syariah.
Dari tiga indikator di atas, menjadi jelas bahwa bank BUMN syariah memberikan kontribusi yang luar biasa bagi perkembangan perbankan syariah saat ini. Kontribusi terbesar datang dari BSM sebagai bank syariah terbesar di Indonesia dengan share aset lebih kurang 35 persen dari total industri perbankan syariah.
Tidak saja dari aspek keuangan, dari sisi jumlah jaringan kantor, BSM telah pula menjadi leader dengan 406 jaringan kantor yang notabene telah mampu menyalip Bank Muamalat Indonesia dengan 277 kantor.
Apabila ketiga bank ini nantinya dimerger, kesuksesannya diharapkan akan lebih baik atau setidaknya menyamai Bank Mandiri. Sebagaimana dimaklumi bahwa dulu di awal merger Bank Mandiri dengan kinerja empat bank pemerintah, yaitu Bank Exim, Bank BDN, Bank BBD, dan Bank Bapindo adalah tidak sehat, tetapi coba Anda lihat pada hari ini begitu baik. Kita bisa bayangkan bila yang akan dimerger ini tiga bank BUMN syariah yang sehat, seperti BSM, BRI Syariah, dan BNI Syariah. Bagaimana kira-kira kinerja bank hasil mergernya?
Banyak faktor yang diharapkan dapat mendukung kesuksesan bank bumn syariah ini pascamerger. Adanya operasional BUS yang independen, pengelolaan bisnis yang memadai, proses bisnis yang lebih efektif dan efisien, pertumbuhan jaringan yang lebih agresif, serta inovasi produk yang lebih baik diharapkan akan sangat mendukung kesuksesan merger.
Apalagi, mengingat operasionalnya yang telah terpisah dari bank induk konvensional, dengan demikian isu kemurnian operasional syariah pada BUS diyakini tidak akan mengganggu. Dengan demikian, eksisnya bank bumn syariah pascamerger diharapkan dapat menggarap potensi pasar perbankan syariah yang masih sangat besar pada era di mana kondisi fundamental ekonomi global semakin menguat sesuai dengan prediksi BI yang memprediksi pertumbuhan akan mencapai Rp 141 triliun pada akhir 2011.
Manfaat merger
Terdapat beberapa manfaat yang dapat diraih dari merger beberapa bank BUMN syariah ini. Manfaat terbesar adalah sinergi yang akan mampu meningkatkan kinerja dan merangsang penurunan biaya. Studi viverita (2007) terhadap tiga bank hasil merger terdahulu di Indonesia, yaitu Danamon, Mandiri, dan Permata menunjukkan bahwa ternyata pascamerger bank mampu menghasilkan sinergi dan secara signifikan meningkatkan kinerja finansial dan efisiensi produksi.
Sinergi penurunan biaya biasanya diperoleh dari penghematan di sana-sini dan skala ekonomis internal. Sinergi akan diraih, di antaranya dari efisiensi yang dapat dilakukan untuk mengurangi jumlah cabang bank yang tumpang-tindih dan efisiensi SDM.
Sinergi penjualan didapatkan dari perluasan penjualan customer base dan cross selling. Selain itu, melalui merger ini diharapkan juga dapat mempertajam fokus bisnis ketiga bank tersebut. Hanya saja, mengingat ketiga bank memiliki budaya perusahaan masing-masing yang begitu kuatnya, diprediksi akan terjadi problem dalam implementasi dan penyatuan corporate culture dan potensi konflik internal pra dan pascamerger.
Untuk itu, perlu leader yang tangguh dan strategi pengelolaan human capital yang dapat mengatasi konflik internal dan problem corporate culture tersebut. Kesuksesan merger Bank Mandiri setidaknya dapat dijadikan pelajaran berharga bagi ketiga bank bumn syariah ini melaksanakan merger dan yang paling penting menjadi lokomotif dalam pengembangan perbankan syariah ke depan. Semoga.
Oleh: Bambang Rianto Rustam (Dosen Magister Manajemen Universitas Riau, Praktisi Perbankan)
Sumber: Republika