Produktivitas perguruan tinggi negeri (PTN) Indonesia dalam memublikasikan hasil penelitiannya pada jurnal ilmiah internasional jauh tertinggal dibandingkan perguruan tinggi di Singapura, Thailand, dan Malaysia. Indonesia hanya sedikit lebih baik dibandingkan Filipina dan Vietnam.
Peneliti Pusat Penelitian Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Meiningsih, dalam seminar ”Indikator Iptek Indonesia” di Jakarta, Selasa (14/12/2010), mengatakan, jumlah publikasi dari Institut Teknologi Bandung, Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, dan Institut Pertanian Bogor pada 2005-2010 yang terindeks dalam basis data Scopus masing-masing secara berurutan adalah 688 jurnal, 544 jurnal, 404 jurnal, dan 252 jurnal. Jumlah itu jauh tertinggal dari publikasi sejumlah perguruan tinggi ternama di Thailand dan Malaysia yang sudah mencapai lebih dari 4.000 judul per universitas.
Adapun publikasi dari universitas di Singapura sudah mencapai lebih dari 16.000 judul pada periode yang sama. Penelitian terapan Survei Penelitian dan Pengembangan Sektor Perguruan Tinggi 2010 yang dilakukan LIPI menunjukkan, jenis penelitian yang paling banyak dilakukan di perguruan tinggi adalah penelitian terapan. Penelitian terapan ini lebih bertujuan untuk memberikan solusi praktis dalam menghadapi suatu masalah, bukan pada pengembangan ide, teori, atau gagasan baru.
Adapun bidang ilmu yang paling banyak melakukan penelitian adalah kimia, pertanian, pendidikan, ekonomi, kedokteran, dan teknik. Survei ini dilakukan terhadap 50 perguruan tinggi negeri, 15 perguruan tinggi swasta di Jawa, serta 25 politeknik negeri.
Meiningsih menambahkan, belanja penelitian dan pengembangan (litbang) yang dikeluarkan semua perguruan tinggi tersebut pada 2010 mencapai Rp 1,7 triliun. Jumlah ini meningkat tajam karena belanja litbang perguruan tinggi pada 2007 masih Rp 531 miliar.
Secara terpisah, Pemimpin Redaksi Jurnal Integritas yang dikelola Sekolah Bisnis Prasetiya Mulya Eko Yulianto mengatakan, untuk mendapat akreditasi A untuk jurnal ilmiah di Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi bukan hal mudah. Jurnal Integritas yang sudah berusia 17 tahun itu hanya mendapat akreditasi B sejak 2009.
Menurut Eko, pengelola jurnal ilmiah di Indonesia perlu memiliki akses dan jaringan yang luas dan bertaraf internasional.